
Dipensiunkan, Ini Cara Supaya Aset PLTU Bisa Tetap Terpakai

Jakarta, CNBC Indonesia - PT PLN (Persero) berencana mempensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara mulai 2025 sebagai langkah menuju netral karbon pada 2060.
Ketika PLTU dipensiunkan, maka yang akan menjadi pertanyaan adalah bagaimana nasib aset PLTU selanjutnya?
Adapun salah satu cara alternatif untuk tetap memanfaatkan PLTU namun dengan tetap mengurangi konsumsi batu bara adalah melalui pemanfaatan biomassa di PLTU. Pencampuran biomassa di PLTU ini biasa disebut dengan istilah co-firing.
Co-firing merupakan proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batu bara di PLTU. Melalui co-firing, pemakaian batu bara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) bisa ditekan.
Executive Vice President Corporate Communication and CSR PT PLN (Persero) Agung Murdifi mengatakan, co-firing adalah inovasi dari PLN untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan.
"Co-firing adalah salah satu inovasi PLN untuk meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (29/06/2021).
Menurutnya, pemanfaatan biomassa untuk co-firing PLTU lebih mudah diimplementasikan karena menggunakan pembangkit yang telah ada saat ini dan bisa menggunakan bahan baku sampah, yang mayoritas berasal dari sampah organik.
Namun demikian, ini berbeda dengan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di mana untuk mengolah sampah menjadi listrik di PLTSa dibutuhkan investasi baru untuk pembangunan pembangkit listriknya.
"Berbeda dengan PLTSa, meskipun sama-sama menggunakan sampah sebagai bahan bakar, namun PLTSa memerlukan waktu untuk investasi pembangunan pembangkit baru," paparnya.
Agung menjelaskan, sumber biomassa untuk co-firing bisa berasal dari tanaman energi ataupun dari limbah-limbah dari perkebunan, kayu, pertanian dan sampah dengan persentase kandungan organik 80%-90%.
Berdasarkan data PLN, hingga Juni 2021, penggunaan biomassa sudah diimplementasikan di 17 PLTU dengan kapasitas pembangkit 189 Mega Watt (MW). Rencananya, PLN akan melakukan co-firing di 54 lokasi PLTU hingga 2024.
"Saat ini penggunaan biomassa dari sampah sudah diujicobakan pada beberapa PLTU seperti PLTU Jeranjang, PLTU Ropa, dan PLTU Lontar," tuturnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, target penggunaan biomassa diharapkan akan menggantikan batu bara sampai dengan 10%.
"Target penggunaan biomassa bisa mensubstitusi penggunaan batu bara hingga 10%," ujarnya.
Ke depan, pada 2025 kebutuhan biomassa diproyeksikan akan mencapai 9 juta ton per tahun.
"Dari sampah yang mayoritas bahan-bahan organik sebanyak 120 ton, dapat dihasilkan RDF-SRF estimasi sekitar 45 ton," paparnya.
Sementara itu, Direktur Energi Primer PLN Rudy Hendra Prastowo menyebut co-firing adalah penggunaan pelet sebagai bahan bakar dengan batu bara untuk pembakaran di boiler.
"Sementara di PLTSa, pelet digunakan untuk menghasilkan listrik," jelasnya.
Saat ditanya apakah yang membedakan PLTSa dan co-firing ini yaitu PLTSa bisa menggunakan 100% sampah, sedangkan co-firing harus dicampur dicampur dengan batu bara, dia pun membenarkan dan mengatakan, "bisa dikatakan begitu."
Seperti diketahui, dari total 17 PLTU yang menggunakan biomassa secara komersial tersebut, sekitar 12 PLTU tersebar di Jawa dan lima lokasi di luar Jawa. Pembangkit-pembangkit itu dikelola dua anak usaha PLN yaitu PT Indonesia Power dan PT Pembangkitan Jawa Bali.
Indonesia Power menghasilkan energi hijau melalui co-firing di PLTU Suralaya 1-4, PLTU Suralaya 5-7, PLTU Sanggau, PLTU Jeranjang, PLTU Labuan, PLTU Lontar, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Barru dan PLTU Adipala.
Sedangkan PJB menghasilkan energi hijau melalui co-firing PLTU Paiton Unit 1-2, PLTU Pacitan, PLTU Ketapang, PLTU Anggrek, PLTU Rembang, PLTU Paiton 9, PLTU Tanjung Awar-Awar dan PLTU Indramayu.
Dalam pelaksanaan co-firing di 17 PLTU, kedua anak usaha PLN itu memanfaatkan limbah serbuk kayu atau sawdust, woodchip dan SRF (Solid Recovered Fuel dari sampah). Untuk tahun 2021 diperkirakan kebutuhan biomassa untuk bahan bakar pembangkit mencapai 570.000 ton.
Untuk menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku biomassa, lanjut Agung, PLN telah mendapat kepastian pasokan dari sejumlah perusahaan.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Rencana PLN Biar Bisa Pensiunkan PLTU
