Gak Cuma Migas, RI Juga Kesalip Vietnam di Energi Terbarukan

News - Anisatul Umah, CNBC Indonesia
28 June 2021 14:40
Sidrap PLTB Foto: Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah terus mendorong pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) demi mencapai target bauran energi 23% pada 2025 mendatang. Namun, upaya yang dilakukan RI dalam mengejar bauran EBT belum maksimal, bahkan malah disalip oleh negara tetangga, Vietnam.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma dalam wawancara bersama CNBC Indonesia, Senin (28/06/2021).

Oleh karena itu, menurutnya Indonesia bisa belajar dari beberapa negara di Asia dalam mengejar bauran energi baru terbarukan ini.

Misalnya saja China dan India, dia mengatakan bahwa dua negara yang selama ini banyak menggunakan energi kotor, namun dalam beberapa tahun terakhir melakukan banyak perubahan dan lompatan ke EBT. Dia mengatakan, hal ini juga tak terlepas dari adanya lembaga khusus di bidang penanganan EBT di negara tersebut guna meningkatkan bauran energi baru terbarukan.

"China dan India, dua itu yang selama ini gunakan energi kotor pakai batu bara, tapi beberapa tahun terakhir mereka melakukan perubahan dan lompatan ke EBT," ungkapnya.

Jika mau belajar dengan negara yang lebih dekat, menurutnya Indonesia bisa mencontoh Vietnam dan Thailand. Menurutnya, Vietnam memulai mengerjakan proyek EBT jauh di belakang setelah Indonesia, namun kini mereka justru lebih unggul dibandingkan Indonesia.

"Jalan lebih dekat ke kawasan ASEAN bisa belajar dari Thailand dan Vietnam, bahkan Vietnam datang belakangan dari kita tapi lebih unggul dari kita pemanfaatan EBT," tuturnya.

Bergeser ke Selatan, RI bisa belajar juga dari Australia dan Selandia Baru. Jika ke Eropa, bisa belajar ke Jerman dan Inggris (UK). Inggris dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun telah menaikkan EBT hampir 30%.

"Saya pernah bicara dengan Menteri Energi Inggris, mereka sampaikan perlu regulasi yang pasti, yang agresif dukungan EBT nggak mungkin tanpa ada regulasi yang pasti ini akan ada kepastian hukum, kepastian usaha, kepastian perizinan dan lainnya," jelasnya.

Surya menyayangkan aturan di RI yang selama ini masih berubah-ubah menyebabkan ketidakpastian hukum dan usaha. Kondisi ini membuat investor kesulitan dan akhirnya memilih investasi ke negara lain.

"Menyulitkan investor jadinya, mereka mau invest ke kita jadi pindah ke Vietnam," tuturnya.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Ingin Jadi Perusahaan Kelas Dunia, Pertamina Gencarkan EBT


(wia)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading