
Sederet Fakta Seputar AS yang Doyan 'Suntik' Dana ke Israel

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) masih menjadi negara adidaya yang mendukung Israel hingga saat ini. Meski demikian, tidak sedikit negara lain mengutuk negara Yahudi tersebut akibat serangannya kepada Palestina yang tak kunjung usai.
Dilansir BBC, ada sejumlah alasan mengapa AS memberikan begitu banyak bantuan kepada Israel, termasuk komitmen bersejarah sejak dukungan AS untuk pembentukan negara Yahudi pada tahun 1948. AS pun dikatakan memandang Israel sebagai sekutu penting di Timur Tengah, dengan tujuan dan komitmen bersama terhadap nilai-nilai demokrasi.
Layanan Penelitian Kongres AS (The US Congressional Research Service) menilai bantuan luar negeri AS telah menjadi komponen utama dalam memperkuat dan memperkuat ikatan hubungan AS-Israel tersebut.
"Para pejabat AS dan banyak anggota parlemen telah lama menganggap Israel sebagai mitra penting di kawasan itu," tulis Laporan Penelitian Kongres AS, dikutip BBC, Sabtu (26/6/2021).
Badan bantuan luar negeri pemerintah AS, US Foreign Aid, juga menyatakan bantuan AS membantu memastikan bahwa Israel mempertahankan Qualitative Military Edge (QME) atas potensi ancaman regional.
QME adalah sebuah konsep dalam kebijakan luar negeri AS, di mana AS berkomitmen menjaga Israel dalam koridor keunggulan militer kualitatif dalam hal teknologi, taktis, dan keuntungan lainnya.
"Bantuan AS ditujukan untuk memastikan bahwa Israel cukup aman untuk mengambil langkah-langkah bersejarah yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan damai dengan Palestina dan untuk perdamaian regional yang komprehensif," kata badan ini.
Upaya AS memastikan Israel dapat mempertahankan diri dari ancaman di kawasan itu telah menjadi landasan kebijakan luar negeri AS bagi presiden, baik Partai Demokrat maupun Republik, dalam beberapa dekade.
Selain itu, AS juga memberikan bantuan kepada Israel. Pada 2020, AS memberikan US$ 3,8 miliar atau setara dengan Rp 53 triliun (asumsi Rp 14.000/US$) bantuan ke Israel. Hampir semua bantuan ini untuk bantuan militer.
Ini menjadi bagian dari pendanaan jangka panjang, komitmen tahunan yang dibuat di bawah pemerintahan sebelumnya, yakni Presiden Barack Obama. Dukungan ini merupakan bagian dari perjanjian yang ditandatangani oleh mantan Presiden AS, Barack Obama pada tahun 2016 untuk paket keseluruhan bantuan militer senilai US$ 38 miliar atau Rp 532 triliun selama 2017-2028.
Jumlah bantuan ini naik sekitar 6%, dan disesuaikan dengan inflasi, dari komitmen belanja untuk dekade sebelumnya. Selain itu, tahun lalu AS memberikan dana senilai US$ 5 juta atau Rp 70 miliar untuk memberikan pemukiman bagi para migran di Israel. Negara ini memiliki kebijakan lama untuk menerima orang Yahudi dari luar sebagai warga negara.
(rah/rah)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Janji Bantu Bangun Gaza, Biden Minta Palestina Akui Israel