Kasus Covid-19 RI 'Meledak' Lagi, Apa Kabar Sektor Properti?

Hidayat Arif Subakti, CNBC Indonesia
27 June 2021 18:15
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Ilustrasi perumahan (Dokumentasi CNBC Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia Property Watch meminta pemerintah memperpanjang insentif di sektorĀ properti untuk mendongkrak pembelian rumah terutama rumah tipe indent. Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda, meskipun penjualan di kuartal pertama mengalami kenaikan, namun tipe indent turun hingga 4,9%. Hal inilah yang membuat para pengusaha di sektor properti berharap pemerintah bisa kembali menggelontorkan stimulus di kuartal selanjutnya untuk menarik minat konsumen.

"Karena jika di kuartal I terjadi peningkatan penjualan rumah secara rata-rata, tapi ini harus diwaspadai indent itu turun 4,9%. Kemungkinan peningkatan di kuartal satu hanya terjadi karena insentif pemerintah saja" jelas Ali dalam wawancara eksklusif di program Squawk Box, CNBC Indonesia, Jumat (25/06/2021).



Ali juga menjelaskan, melihat ekonomi saat ini, para pengembang hanya berani menyiapkan stok rumah bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke atas karena adanya kendala cash flow. Untuk membuat rumah tipe indent mulai banyak dilirik, pemerintah harus segera memberikan kepastian terkait stimulus pada kuartal II tahun 2021. Saat ini kenaikan pembelian properti hanya terjadi di segmen Rp 1 miliar sampai Rp 2 miliar, yaitu mencapai 12,5%. Namun tipe indent justru mengalami penurunan.

Selain stimulus, Ali juga menjelaskan bahwa vaksinasi juga menjadi salah satu game changer. Progres vaksinasi serta pembatasan sosial dianggap bisa memengaruhi laju pembelian properti hingga kuartal III tahun ini. Meski pandemi belum memberikan kepastian, namun dengan adanya vaksinasi bisa menjadi harapan bagi ekonomi tanah air untuk mulai bergerak maju ke depannya.

"Vaksin dan pandemi sebagai game changer, kalau dilihat semua tergantung pada PSBB. Jadi kita khawatir bukan kuartal I atau kuartal II, tapi kuartal III karena mereka kan harus datang langsung, bukan membeli secara online. Kalau ada pengetatan artinya kecenderungan penjualan properti menurun karena masyarakat banyak yang di rumah," ujar Ali.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rezim Bunga Kredit Tinggi, Bos Properti Makin Deg-Degan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular