Updated

Pandemi Berkepanjangan, Begini Kondisi Taksi Blue Bird!

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
25 June 2021 14:31
bluebird
Foto: Detikcom

Jakarta, CNBC Indonesia - Laporan Organda baru-baru ini mengungkapkan operasional angkutan darat termasuk taksi tidak dalam kapasitas penuh. Banyak armada yang menganggur akibat adanya pengetatan mobilitas masyarakat efek dari pandemi yang masih berkepanjangan.

Apalagi baru-baru ini ada aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro baru-baru membatasi mobilitas warga hingga 5 Juli mendatang. Kapasitas angkutan umum dibatasi hanya 50% dari kapasitas kendaraan.

Bagaimana kondisi perusahaan taksi sebenarnya?

PT Blue Bird Tbk misalnya tetap beroperasi di tengah pandemi. Perseroan juga tetap melakukan peremajaan armada meski di tengah pandemi, antara lain menjual aset yang sudah melewati masa operasinya.

Hal ini terpotret dalam laporan keuangan kuartal I-2021, selama periode berakhir pada 31 Maret 2021 dan tahun berakhir 2020, Grup reklasifikasi beberapa unit taksi yang tidak beroperasi. Dengan nilai tercatat sebesar Rp 143,8 miliar dan RP 571,1 miliar, sebagai aset tidak lancar yang dikuasai untuk dijual.

Sementara armada taksi grup yang tidak beroperasi dan reklasifikasi sebagai aset tidak lancar yang dikuasai untuk di jual per 31 Maret 2021 dan 31 Desember 2020, masing - masing sebesar Rp 202,7 miliar dan Rp 247,5 miliar.

Head of Investor Relations Blue Bird, Michael Tene menjelaskan mengenai aset tidak lancar yang dikuasai untuk dijual merupakan mobil-mobil yang memang mencapai usia 5 tahun dan sesuai prosedur kami dikeluarkan dari armada operasi untuk dijual. Ia menegaskan hal ini bukan karena pengurangan operasional armada.

"Saya tidak bisa memberikan angka detilnya tapi sebagian besar dari armada taksi kami beroperasi," kata Michael kepada CNBC Indonesia, Jumat (25/6/2021).

Ia menegaskan armada operasi untuk dijual bagian dari policy penjualan kendaraan yang berlaku lama di Blue Bird bahkan sebelum pandemi.

Mengenai pengetatan PPKM, tentunya mempengaruhi demand dari penggunaan taksi perseroan. Namun, perusahaan terus mengikuti semua mandatori yang diberikan pemerintah.

"Kita tentunya akan menyesuaikan operasi kita dengan peraturan yang berlaku. Dari sejak awal pandemi di 2020, kami sudah menerapkan protokol kesehatan yg ketat seperti disinfektasi kendaraan setiap hari, menyediakan hand sanitizer di dalam mobil, kesehatan driver yang dimonitor setiap hari, dan tentunya kapasitas angkut," katanya.

Ketua Umum DPD Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan, sempat mengatakan bahwa operasional angkutan darat tidak dalam kapasitas penuh. Banyak armada yang menganggur akibat adanya pengetatan mobilitas masyarakat.

Dia mencontohkan, seperti usaha taksi. Banyak mobil taksi menganggur karena permintaan yang minim.

"Contoh misalnya, satu perusahaan taksi memiliki armada sampai 1.000 unit mobil, paling yang terpakai hanya 100 unit, nah 900-nya gimana? Kalau dibiarkan, akan jadi bangkai. Paling yang beroperasi sekarang rata-rata 15% dari armada yang dipunya," katanya.

---------------

Catatan: Berita ini mengalami ralat judul dan kutipan, karena ada kekeliruan dari redaksi.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kondisi Lagi 'Berdarah-Darah', Pengusaha Taksi Kini Ngamuk!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular