Ledakan Covid-19 RI & Perkiraan Biaya Mahal Lockdown

Redaksi, CNBC Indonesia
24 June 2021 06:35
Infografis/ Bahaya! Kasus Covid-19 Makin Naik
Foto: Infografis/ Bahaya! Kasus Covid-19 Makin Naik

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran kasus Covid-19 di Indonesia masih terus berlanjut. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus baru virus corona (Covid-19) di Indonesia kembali bertambah 15.308 orang.

Ini merupakan rekor tertinggi dalam penambahan kasus baru dalam satu hari sejak pandemi melanda Indonesia

Jumlah kasus baru tersebut membuat akumulasi kasus positif menjadi 2,033 juta orang. Hasil positif tersebut ditemukan dari 74.391 orang yang selesai diperiksa pada hari ini dan kemarin.

Kabar baiknya, pada hari ini kasus kesembuhan kembali bertambah 7.167 orang sehingga totalnya menjadi 1,817 juta orang. Sementara itu, kasus kematian bertambah 303 orang sehingga totalnya menjadi 55.594 orang.

Dengan pertambahan yang terjadi pada hari ini maka kasus aktif Covid-19 di Indonesia menembus 160.524 kasus, bertambah 7.838 kasus dibandingkan kemarin. Jumlah ini semakin mendekati rekor kasus aktif 176.672 orang.

Halaman Selanjutnya >> Biaya Lockdown Mahal

Pada tahun lalu, saat covid baru tiba di tanah air, pemerintah memberlakukan pembatasan yang lebih ketat yaitu PSBB. Dalam teorinya, kebijakan tersebut hampir mendekati lockdown sebab mobilitas penduduk sangat terbatas.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat memikirkan lockdown seperti halnya banyak negara lain. Namun saat dibahas dengan jajaran menteri, hitungannya tidak cocok, baik dalam penghentian penyebaran covid hingga keuangan negara.

"Untuk Jakarta saja, pernah kami hitung-hitungan per hari membutuhkan Rp 550 miliar. Hanya Jakarta saja. Kalau Jabodetabek tiga kali lipat. Itu per hari," kata Jokowi saat itu.

Dana yang dimiliki pemerintah tahun lalu sekitar Rp 2.500 triliun. Sehingga Jokowi merasa negara mampu mengeluarkan dana bila pilihannya lockdown. Akan tetapi, karena efektivitasnya rendah, maka mengeluarkan dana sebesar itu dianggap sia-sia.

"Jadi dalam memutuskan setiap negara itu beda-beda. Karena karakternya beda, tingkat kesejahteraannya beda, tingkat pendidikan beda, tingkat kedisiplinan berbeda, geografis berbeda, kemampuan fiskal berbeda. Nggak bisa kita disuruh meniru negara lain," kata Jokowi kala itu.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular