Punya 'Harta Karun' Batu Bara 149 Miliar Ton, RI Lakukan Ini

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
23 June 2021 12:07
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut Indonesia dikaruniai sumber daya batu bara melimpah, yakni mencapai sebesar 149 miliar ton dan cadangan 38 miliar ton.

Dengan potensi sumber daya hingga ratusan miliar ton, menurutnya pemerintah akan membangun industri hilir batu bara agar nilai tambah yang dirasakan negara ini lebih besar.

Salah satu caranya yaitu dengan membangun proyek Dimethyl Ether (DME). Proyek gasifikasi batu bara menjadi DME ini bisa bermanfaat untuk mengurangi impor LPG yang kian melonjak tiap tahunnya.

"Beberapa perusahaan tengah mengembangkan proyek gasifikasi batu bara menjadi DME dalam rangka mengurangi impor LPG. Ini langkah yang tepat untuk mengimplementasikan kebijakan strategis di sektor energi dalam hal menjaga ketahanan energi nasional," jelasnya dalam webinar teknologi mineral dan batu bara, hari ini, Rabu (23/06/2021).

Tidak hanya di sektor batu bara, Indonesia juga kaya akan sumber daya mineral, di antaranya nikel, tembaga, dan timah. Melihat potensinya yang besar, maka menurut Arifin pengelolaannya harus dilakukan dengan baik, sehingga memberikan manfaat yang maksimal.

"Mineral dan batu bara memegang peranan penting, tidak hanya sebagai sumber pendapatan nasional, tapi juga melayani pemenuhan kebutuhan dalam negeri sebagai sumber energi dan bahan baku industri," paparnya.

Dia mengatakan, keberadaan mineral dan batu bara merupakan modal pembangunan nasional. Oleh karena itu, pemerintah berupaya meningkatkan nilai tambah dari mineral seperti unsur tanah jarang dan mineral untuk penyimpanan (storage) energi.

Meski berupaya meningkatkan nilai tambah, namun menurutnya sektor lingkungan berupa tailing atau limbah juga tetap harus diperhatikan, sehingga membentuk ekonomi sirkular di pertambangan.

Arifin menekankan bahwa mineral tidak hanya menjadi komoditas untuk mendapatkan keuntungan, namun juga suplai industri dalam negeri.

"Salah satu upaya percepatan hilirisasi mineral untuk mendukung program kendaraan listrik antara lain pembentukan korporasi industri baterai," ujarnya.

Lebih lanjut dia mengatakan Indonesia bisa bermain di sektor ini mulai dari hulu sampai hilir dengan produk akhirnya berupa baterai.

"Indonesia bisa memasok produksi baterai dari hulu hingga hilir," tuturnya.

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batu Bara Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Sujatmiko mengatakan pemerintah akan konsisten dalam mendorong peningkatan nilai tambah di sektor minerba.

Meningkatkan nilai tambah penting karena selama ini ekspor masih dalam bentuk barang mentah. Semangat dari hilirisasi menurutnya salah satunya yaitu untuk mendorong transformasi ekonomi.

"Untuk tujuan ekonomi lebih kuat, salah satunya peningkatan produk domestik bruto (PDB), meningkatkan lapangan kerja, dan meningkatkan nilai ekspor," ujarnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mimpi RI: Gasifikasi Batu Bara Gak Cuma Wacana Sepanjang Masa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular