PDB RI Positif di Q2-2021, Tapi Siap-siap Minus di Q3-2021!

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
20 June 2021 12:30
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (27/8/2019). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Suasana gedung bertingkat di Jakarta, beberapa waktu lalu (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2021 akan tumbuh positif. Terbaru, prediksi itu disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan.

Namun demikian, ekonom memperingatkan situasi berbeda bisa terjadi pada kuartal III. Sebab, ada potensi perekonomian tumbuh negatif.

"Triwulan II 2021 hampir pasti pertumbuhan positif. Tetapi kalau pandemi ini gak bisa dikendalikan, kita gak ada jaminan bahwa triwulan III 2021 ini tidak kembali negatif," ujar ekonom senior INDEF Enny Sri Hartati dalam wawancara bersama CNBC Indonesia seperti ditulis, Minggu (20/6/2021).

Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi kuartal II bisa dipastikan positif karena indikator bulan April dan Mei sudah bisa ditebak. Salah satunya karena adanya momentum hari raya.

"Tapi pertanyaannya apakah ini tidak akan berpotensi berisiko kembali negatif, belum tentu kalau kita tidak mampu benar-benar kendalikan pandemi seperti di India kan," ujarnya.

Lebih lanjut dia menegaskan kuartal III berpotensi negatif. Apalagi jika kebijakan-kebijakan ekonominya tidak menjadi solusi tapi jadi distorsi.



"Mulai ada wacana-wacana kenaikan PPN dan lainnya, ada wacana Bank Indonesia (BI) akan lebih dahului AS melalukan pengetatan, ini juga yang harus diwaspadai," terangnya.

Lalu opsi apa yang tepat diambil dalam kondisi ini? Apakah harus lockdown?

Enny mengatakan dari pihak ekonom tidak bisa memberikan rekomendasi soal opsi lockdown atau tidaknya. Soal penanganan ahli epidemiologi yang lebih paham.

"Maksud saya keputusan pemerintah untuk melakukan apapun itu kebijakan ke depan dengarlah ahlinya," ucapnya.

Dia berpendapat jika dari awal Indonesia tidak punya prioritas yang benar-benar pengendalian pandemi. Jika mengacu tahun 2020, kata Enny, misal melakukan pelebaran defisit lebih dari Rp 900 triliun atau pemulihan ekonomi nasional (PEN) Rp 600 triliun hingga Rp 700 triliun jika benar-benar fokus, mestinya Indonesia sudah ontrack dalam penyelesaian pandemi.

"Sehingga ketika dunia usaha atau masyarakat kemarin harus menahan, harus ada PPKM dan lainnya ini ada manfaatnya. Ini yang sebenarnya jadi distrust di masyarakat kemarin. Ada PPKM dan PSBB gak ada hasil. Jadi ada stigma-stigma itu," ucapnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Duka, Ekonom Senior INDEF Enny Sri Hartati Tutup Usia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular