Kasus Meledak, Satgas Covid-19 Kaji Penghapusan Libur Panjang

dob, CNBC Indonesia
18 June 2021 11:15
Gugus tugas Kelurahan Lenteng Agung memasangkan stiker tanda sedang menjalani isolasi mandir terhadap rumah pemudik yang baru balik ke Jakarta di kawasan Lenteng Agung, Jakarta, Senin, 17 Mei 2021. Pemerintah Kota Jakarta Selatan menginstruksikan setiap kelurahan untuk menempelkan stiker bertuliskan “pendatang mudik ini sedang menjalani isolasi mandiri 14 hari” di hunian pemudik yang baru datang dari kampung halaman. Hal itu dilakukan sebagai antisipasi arus balik pemudik dan menekan penyebaran Covid-19. "Selain melakukan penempelan stiker, kami juga melakukan test antigen terhadap pemudik di posko Kampung tangguh RW 08 Lenteng Agung" kata Lurah Bayu Pasca saat ditemui CNBC Indonesia. Apabila warga tersebut tidak dapat menunjukkan surat keterangan bebas COVID-19, pihaknya nantinya akan memfasilitasi warga untuk melakukan swab antigen yang telah disediakan di puskesmas kelurahan atau kecamatan dan juga telah bekerja sama dengan Kampung Tangguh Jaya. Untuk rumah warga yang melakukan isolasi nantinya akan dipasangi sticker. Dan untuk warga yang belum melakukan swab diminta isolasi mandiri terlebih dahulu sambil menunggu jadwal swab. Pemasangan stiker ini pun diungkapkan Bayu agar memudahkan dalam melakukan pengawasan. Sedikitnya 184 warga di Kelurahan Lenteng Agung pulang mudik Lebaran 2021 yang tercatat oleh kelurahan Lenteng Agung. Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengaku akan perketat akses masuk warga ke wilayahnya pada periode arus balik libur Hari Raya Idul Fitri 2021. Ini semua dilakukan sebagai upaya mencegah terjadinya lonjakan kasus baru COVID-19 usai libur Lebaran. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Penempelan Stiker di Rumah Warga yang Mudik (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia- Satgas Penanganan Covid-19 saat ini sedang mengkaji agar tidak ada lagi libur panjang. Pasalnya, lonjakan kasus kerap terjadi akibat liburan panjang.

Sonny B. Harmadi, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas COVID-19 menyampaikan, lonjakan kasus yang terjadi saat ini terjadi karena adanya libur panjang yang diikuti laju perjalanan penduduk yang masif. Ketika mobilitas naik, kepatuhan protokol kesehatannya turun.

"Inilah pemicu utama meningkatnya kasus. Kita sebenarnya pernah berhasil menurunkan kasus pada Februari 2021, dari 176.500 lebih menjadi 87,662 kasus aktif karena kepatuhan protokol kesehatan naik dan mobilitas penduduk turun," ujarnya Dialog Produktif KPCPEN, Kamis (17/6).

Menurut Sonny, Satgas saat ini mempertimbangkan agar tidak lagi ada libur panjang. Selain itu mereka tengah mendorong kepatuhan protokol kesehatan untuk mencegah terjadinya klaster kantor. "Harus ada upaya keras kita bersama agar tidak terjadi kerumunan. Memakai masker jadi kewajiban. Kemudian ada pembatasan mobilitas dan aktivitas. Karenanya, di zona merah, bekerja di kantor itu dibatasi hanya sampai 25%," ungkapnya lebih lanjut.

Pada kesempatan yang sama Mohammad Idris, Wali Kota Depok menyampaikan di wilayahnya telah dibuat sejumlah peraturan untuk menangani COVID-19. Ada 13 Peraturan Wali Kota, 43 Surat Keputusan, 8 Surat Edaran, dan 4 Instruksi Wali Kota. "Kita juga membentuk Kampung Siaga berbasis RW yang kita beri stimulus dana 3 juta rupiah supaya mereka bergerak mencegah penularan COVID-19 di hulu," terangnya.

Pemerintah Kota Depok juga menstimulasi tingkat Kecamatan dan Lurah untuk menangani COVID-19. Selain itu, kerja sama dengan TNI juga efektif dalam menekan mobilitas warga di tingkat kelurahan. Pendekatan masyarakat dilakukan dengan cara-cara persuasif dengan menempatkan masyarakat sebagai subjeknya, "Pembimbing rohani di masa COVID-19 ini kami minta menggerakkan masyarakat dengan cara menyisipkan pesan protokol kesehatan dalam ceramah agama," tambah M. Idris.

Kendati begitu, diakui oleh M. Idris, kesadaran warga Depok masih rendah dan perlu terus diingatkan agar tidak lalai menjalankan protokol kesehatan. "Apalagi RT-RT yang masuk zona hijau karena tidak ada kasus merasa aman," ungkapnya.

Dari sisi tenaga kesehatan, dr. Tirta menyarankan agar pemerintah mempersiapkan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. "Jadi edukasi bukan dari dokter lagi tapi dari kader-kader kesehatan di posyandu-posyandu. Kader-kader ini harus kita tingkatkan untuk mengedukasi kesadaran masyarakat mengenai penyakit menular seperti COVID-19 ini," sarannya.

Klarifikasi hoaks terkait penanganan COVID-19 dan vaksinasi COVID-19, menurut dr. Tirta, juga perlu dipercepat lagi. "Kebanyakan yang mengklarifikasi biasanya teman-teman tenaga kesehatan juga. Saat ini sedang kita usulkan agar hoaks-hoaks ini bisa diklarifikasi dengan segera," ungkapnya.

dr. Tirta juga mengimbau masyarakat jangan lengah. Meski sudah divaksinasi, tetap menjaga protokol kesehatan. "Jadi kami mengimbau kepada masyarakat untuk menghindari perjalanan, apalagi bulan depan juga akan ada momen Idul Adha. Jadi kita fokus mencegah agar peningkatan ini tidak terulang kembali di bulan depan," pungkasnya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular