Harga Sepeda Lipat Dibanting, Ternyata Harganya Tak Wajar!

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
14 June 2021 15:42
Brompton folding bicycles are displayed in the front window of the brand's store in Covent Garden, central London, during England's second coronavirus lockdown, Friday, Nov. 20, 2020. The team at Brompton Bicycles company thought they were prepared for Britain's Brexit split with Europe, but they face uncertainty about supplies and unexpected new competition from China, all amid a global COVID pandemic. (AP Photo/Matt Dunham)
Foto: Sepeda lipat Brompton dipajang di jendela depan toko di Covent Garden, pusat kota London. (AP / Matt Dunham)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga sepeda dari berbagai model dari sepeda lipat hingga MTB rata-rata di bawah Rp 5 juta terkoreksi 20-30% karena jenuhnya pasar akibat redanya booming sepeda. 

Namun, ada fenomena untuk sepeda dengan harga puluhan juta hingga ratusan juta diakui para pedagang harganya stabil, bila ada penurunan pun tak signifikan. Segmen atas lebih banyak didominasi oleh penghobi sehingga tak terpengaruh arus booming sepeda.

"Harga stabil cenderung naik, info teman-teman karena ada penyesuaian harga bahan baku info dari principal maka ada kenaikan. Yang naik harganya itu baja dari negara asalnya, jadi barang cenderung ada kenaikan dari tahun lalu ke tahun ini," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Sepeda Indonesia (Apsindo) Eko Wibowo Utomo kepada CNBC Indonesia, Senin (14/6/21).

Ia bilang bila ada kenaikan harga sepeda di segmen atas tidaklah menjadi masalah, karena konsumennya tak mempermasalahkan harga dan tetap memiliki daya beli. "Itu spesifik, orang tahu kualitas dan mutu jadi baru dia berani beli," kata Eko.

Beberapa sepeda yang tergolong kategori ini misalnya BMC Teammachine SLR01 Disc dengan harga sekitar Rp 89 juta, kemudian Cannondale Rapha Supersix Evo Hi Mod Disc yang dibanderol hingga Rp 92,5 juta hingga Enigma Exemplar yang dibanderol Rp 209 juta dan lainnya.

Kondisi ini berbeda dengan sepeda murah dengan harga di bawah Rp 5 juta dari lipat sampai MTB. Alasannya pembeli sepeda ini merupakan para pengikut arus dari booming sepeda saat awal pandemi lalu.

"Kalau sepeda lipat kan ada harga yang memang nggak normal dinaikkan, karena demand tinggi. Sehingga orang dulu dites harga berapa aja diambil. Biasa untung Rp 500 ribu dites naikkan untung Rp 2 juta laku juga. Itu harga normal selain importir dan produsen yang mengetes harga, karena barang saat itu lagi susah," jelas Eko.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Sepeda Lipat Ambles, Ternyata Ini Biang Keroknya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular