Pertamina Beberkan Tantangan Garap 'Harta Karun' Top 2 Dunia

yun, CNBC Indonesia
14 June 2021 13:25
PGE berhasil mencatat produksi setara listrik (Electric Volume Produce – Geothermal) sebesar 4.618,27 GWh atau lebih tinggi 14% dari target yang telah ditetapkan tahun 2020 yaitu sebesar 4.044,88 GWh.
Foto: Dok Pertamina

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dianugerahi 'harta karun' di bidang energi, salah satunya bahkan memiliki potensi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS). 'Harta karun' energi yang dimaksud ini yaitu panas bumi. Namun sayangnya, pemanfaatan 'harta karun' ini belum juga optimal.

Dari sumber daya panas bumi RI sebesar 23.965,5 Mega Watt (MW), pemanfaatan berupa energi listrik hingga 2020 baru mencapai 2.130,7 MW atau 8,9% dari total sumber daya yang ada. Belum optimalnya pemanfaatan panas bumi ini tak terlepas dari banyaknya tantangan yang dihadapi oleh pengembang.

PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) sebagai salah satu pengembang energi panas bumi pun mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi perusahaan saat menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).

Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto tak segan membeberkan sejumlah tantangan yang dihadapi perusahaan saat menggarap proyek panas bumi ini.

"Pertama, kegiatan pengembangan panas bumi padat modal, jadi harus bisa kelola risiko," ujar Ahmad Yuniarto dalam Energy Corner "Harta Karun Terbesar yang Diabaikan" CNBC Indonesia, Senin (14/6/2021).

Kemudian, hal yang tidak boleh luput dari perhatian adalah pengembangan panas bumi memiliki tiga fase. Pertama eksplorasi, kemudian setelah ada hasil, baru dilakukan fase pengembangan.

"Fase ketiga, kegiatan operasi pemanfaatan secara tidak langsung di RI sebagai energi listrik," katanya.

Tantangan berikutnya yaitu lokasi wilayah kerja pengembangan panas bumi yang jauh dari keramaian. Kondisi ini menurutnya otomatis membutuhkan investasi tambahan guna membangun infrastruktur pendukung ke lokasi wilayah panas bumi, seperti jalan raya hingga jembatan.

Tak hanya itu, pengembangan panas bumi menurutnya juga membutuhkan teknologi guna mengurangi risiko yang mungkin terjadi. Menurutnya, setelah berhasil menemukan sumber daya dan cadangan, perlu dilakukan pengeboran.

"Pengeboran terus dilakukan, menambah cadangan untuk uap sebagai bahan bakar pembangkit listrik," imbuhnya.

Dia menegaskan, kebutuhan modal untuk pelaksanaan pengeboran ini terdistribusi sejak awal sampai masa akhir dari pemanfaatan panas bumi ini. Sebab, di setiap fase ada pengeboran yang harus terus dilakukan.

"Jumlah pengeboran saat pengembangan dan operasi, jumlah sumurnya jauh lebih banyak. Untuk itu perlu kapabilitas mumpuni A-Z, dan ini terus dilakukan di Indonesia," pungkasnya.


(yun/yun)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bukan Cuma Listrik, Ini Potensi Harta Kartun Geothermal RI

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular