
Mayoritas Pasien Covid-19 Meninggal karena Gagal Napas

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melakukan audit mortality yang dilakukan pada awal Maret hingga 21 September 2020 menggunakan sampel pasien dari DKI Jakarta dan Jawa Timur.
"Memang penyebab langsung adalah karena gagal napas. Baik itu sindroma napas akut mendadak, penyebab tidak langsung pneumonia, disebut juga gagal jantung dan sepsis," kata Anggota Subbidang Optimalisasi Fasilitas Kesehatan, Bid. Penanganan Kesehatan, Satgas COVID-19, dr. Lusi Syamsi, Sp. P di Jakarta, Jumat (4/6/2021).
Adapun untuk membedakan karakteristik tersebut, dilihat berdasarkan saturasi. Jika saturasi oksigen menunjukkan angka 93 ke bawah, maka tergolong berat dan jika 93 ke atas adalah ringan hingga sedang. Selanjutnya, untuk frekuensi nafas lebih dari 30 dianggap berat. Sementara di bawah 30 berarti sedang atau ringan.
"Dari hasil pemeriksaan, rata-rata saturasi oksigen di bawah 93%, karena kriteria derajat sedang dan berat. Rata-rata di DKI pasien di atas 93 atau lebih dari 93%. Di Jatim di seluruh RS rujukan dan non rujukan di bawah 93%," jelasnya.
Sementara itu, dari frekuensi nafas, kelompok antara 21-30 di bawah itu dan di atas itu. Dia mengatakan, mereka datang ke IGD dengan frekuensi nafas 20-21/menit.
"Dari segi kesadaran masih sadar penuh, menerangkan gejala. Kemudian kontak cukup bagus. Kemudian dari instalasi pasien datang memang IGD. Dituju Pasien adalah IGD. Pasien meninggal, di ICU dan isolasi covid-19," tegasnya.
Adapun profil pasien, untuk DKI Jakarta usia lebih dari 60 tahun. Sedangkan di Jawa Timur antara 46-59 tahun. Berdasarkan hasil audit mortality tersebut, pasien tiba di RS sudah bergejala.
"Pasien datang ke IGD tanpa rujukan karena sadar gejala covid. Dokter memeriksa PCR, dan data-rata lebih dari 80% positif Covid-19," pungkasnya.
(yun/yun)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WNI dari Luar Negeri Sumbang Setengah Kasus Harian Covid RI