Amit-amit Kalau Tsunami 30 M Terjadi, APBN RI Pasti Tekor!

Tirta, CNBC Indonesia
04 June 2021 14:35
BMKG Peringatkan Potensi Gempa Tsunami di Jatim
Foto: BMKG Peringatkan Potensi Gempa Tsunami di Jatim

Jakarta, CNBC Indonesia - Selain penyaluran kredit yang ugal-ugalan, inovasi keuangan yang kebablasan dan perang, bencana alam juga menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan guncangan (shock) bagi perekonomian karena kerugian finansial yang ditimbulkan. 

Belum lama ini Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan paparannya di sebuah Webinar bahwa Indonesia terutama di Provinsi Jawa Timur berpeluang mengalami gempa bumi dahsyat yang memicu terjadinya tsunami. 

Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, apabila terjadi gempa dengan magnitudo 8,7 skala richter (hampir setara dengan gempa Aceh 2004) maka berpotensi besar mendatangkan tsunami dengan genangan air setinggi 30 meter. 

Genangan air setinggi itu jelas akan menenggelamkan seluruh perkampungan warga. Di daerah urban, hanya gedung-gedung minimal berlantai tiga saja yang akan terlihat. Bukan tidak mungkin satu desa akan benar-benar hilang karena hanyut terbawa arus yang deras.

Paparan tersebut bukan maksud untuk menakuti, tetapi untuk memberikan peringatan agar pemerintah tetap waspada di tengah naiknya intensitas gempa bumi akhir-akhir ini. 

Secara geografis lokasi Indonesia membuatnya rawan terkena berbagai bencana alam mulai dari aktivitas vulkanik yang menyebabkan gunung meletus, lempeng tektonik yang rawan bergeser sehingga mengakibatkan gempa bumi bahkan sampai tsunami. 

Berdasarkan laporan World Risk Index, Indonesia menduduki peringkat 40 dari 181 negara yang dievaluasi untuk melihat seberapa besar risikonya terkena bencana alam. Skor Indonesia untuk tahun 2020 adalah 10,39. 

Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia termasuk yang paling berisiko bersama dengan Brunei Darussalam, Filipina, Kamboja dan Timor Leste. 

World Risk IndexFoto: World Risk Index

Berdasarkan makalah ilmiah yang dipublikasikan Dana Moneter Internasional (IMF), jika dibandingkan dengan negara-negara yang kurang berisiko menghadapi bencana alam, dampak yang ditimbulkan di negara berisiko tinggi adalah penurunan kesejahteraan masyarakat secara permanen ditinjau dari konsumsi sebesar 1,6%. 

Menurut catatan Badan PBB yang berperan dalam menangani masalah bencana alam (UNDRR), pada periode 1978-1997 kerugian akibat tsunami ditaksir mencapai US$ 2,7 miliar. Namun jika ditotal kerugian akibat gempa dan tsunami bisa mencapai US$ 410,9 miliar. 

Namun pada periode 1998-2017, nilai kerugian akibat tsunami meningkat dengan tajam menjadi US$ 280 miliar dari total US$ 661,5 miliar akibat gempa dan tsunami. 

Jika berkaca pada Jepang, Negeri Matahari Terbit ini pernah dilanda gempa dan tsunami satu dekade silam di Tohoku. Biaya kerugian yang harus ditanggung saat itu diestimasi mencapai US$ 360 miliar atau setara dengan US$ 423,7 miliar dengan nilai sekarang apabila mempertimbangkan inflasi. 

Kemudian untuk kasus gempa dan tsunami yang melanda Samudera Hindia pada 2004 silam yang dampaknya mencakup Asia Tenggara, India dan Sri Lanka, kerugiannya ditaksir mencapai US$ 15 miliar atau setara dengan US$ 20,7 miliar nilai sekarang. 

Saat tsunami melanda Aceh 16 tahun silam sebanyak 1 juta orang di 1.550 desa dan menghuni 21.659 rumah terkena dampaknya. Lebih dari 166 ribu orang terenggut jiwanya dalam tragedi kemanusiaan kala itu. Sebanyak 127 ribu orang lagi dinyatakan hilang. Ini untuk kasus tsunami saja. 

Namun risiko bencana alam yang berpotensi melanda Indonesia tidak hanya tsunami, melainkan sangatlah beragam. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Centre for Research on the Epidemiology of Disaster (CRED) total kerusakan akibat bencana alam di Tanah Air mencapai US$ 19,8 miliar untuk periode 1907-2004. 

Hanya saja angka tersebut belum memperhitungkan tingkat inflasi hingga pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS. Artinya jika dihitung dengan nilai saat ini tentu saja kerugiannya akan jauh lebih besar.

Berdasarkan studi tersebut, dalam satu abad terakhir terhitung dari 1907 maka rata-rata kerusakan akibat bencana alam di Indonesia menelan biaya sebesar US$ 63,36 juta per bencana alam. 

CREDFoto: CRED

Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah baik pusat maupun daerah harus lebih aware terutama dalam hal langkah strategis untuk memitigasi risiko bencana alam yang sangat besar bagi Indonesia. 


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular