
Bak Sengsara Bawa Nikmat, Covid Buat 9 Miliarder Baru

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi corona merupakan wabah bagi dunia. Pembatasan sosial hingga pnguncian (lockdown) membuat banyak orang sengsara dan ekonomi hancur.
Namun, hal tersebut ternyata tidak berlaku bagi sejumlah kalangan. Keuntungan suntikan vaksin corona (Covid-19) membuat setidaknya sembilan orang kaya baru muncul.
Hal ini dibeberkan oleh kelompok Aliansi Vaksin Rakyat (The People's Vaccine Alliance). Melansir data Forbest Rich List, jaringan organisasi dan aktivis ini berkampanye untuk diakhirinya hak properti dan paten untuk inokulasi vaksin corona.
"Di antara mereka, sembilan miliuner baru memiliki kekayaan bersih gabungan US$ 19,3 miliar (setara Rp 2.776 triliun, asumsi Rp 14.300/US$). Ini cukup untuk memvaksinasi sepenuhnya semua orang di negara-negara berpenghasilan rendah 1,3 kali lipat," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan bersama, Kamis (20/5/2021)."
Di puncak daftar miliarder vaksin baru adalah CEO Moderna Stephane Bancel dan CEO BioNTech Ugur Sahin. Tiga miliarder baru lainnya adalah salah satu pendiri perusahaan vaksin China CanSino Biologics.
"Miliarder ini adalah wajah manusia dari keuntungan besar yang diperoleh banyak perusahaan farmasi dari monopoli yang mereka pegang pada vaksin ini," kata Anna Marriott dari badan amal Oxfam, yang merupakan bagian dari aliansi di media yang sama.
Selain orang kaya baru, aliansi itu juga menyebut, ada setidaknya delapan miliarder yang kekayaannya meningkat drastis pasca peluncuran vaksin. Bahkan jika digabungkan menjadi US$ 32,2 miliar (Rp 4,632 triliun).
Pernyataan aliansi ini terkait KTT Kesehatan Global G20 Jumat (21/5/2021). Mereka meneriakkan penghapusan perlindungan kekayaan intelektual pada vaksin Covid-19.
Para pendukung mengatakan hal itu akan meningkatkan produksi di negara-negara berkembang dan mengatasi ketidakadilan akses vaksin. Amerika Serikat, serta tokoh-tokoh berpengaruh seperti Paus Francis, mendukung gagasan pengabaian global atas paten ini.
Sebelumnya, Selasa, di KTT Paris Presiden Prancis Emmanuel Macron juga menyerukan penghapusan semua kendala dalam hal kekayaan intelektual yang menghalangi produksi jenis vaksin tertentu. Sementara pada Rabu, komisi Eropa mengatakan itu akan menjadi suara konstruktif dalam pembicaraan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tentang masalah tersebut.
"Vaksin yang sangat efektif yang kami miliki adalah berkat sejumlah besar uang pembayar pajak sehingga tidak adil bahwa individu swasta menguangkan sementara ratusan juta menghadapi gelombang kedua dan ketiga sama sekali tidak terlindungi," kata Heidi Chow, Kebijakan dan Kampanye Senior Manajer di Global Justice Now, yang membantu menganalisis data miliarder.
"Karena ribuan orang meninggal setiap hari di India, sungguh menjijikkan ... untuk menempatkan kepentingan miliarder pemilik Farmasi Besar di atas kebutuhan jutaan orang."
Sementara, produsen telah menekankan bahwa perlindungan paten bukanlah faktor pembatas dalam meningkatkan produksi vaksin. Mereka mengatakan bahwa berbagai masalah, mulai dari pengaturan lokasi produksi, sumber bahan mentah, hingga ketersediaan personel yang berkualifikasi, yang menghambat proses pembuatan vaksin.
Halaman 2>>
