
Jokowi Worried Covid-19 di Riau: Kematian Tinggi, RS Penuh

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan kepada Forum Komunikasi Pimpinan Daerah se-Riau untuk mencermati data-data seputar penanganan Covid-19. Selain kasus aktif, Jokowi memberi perhatian pada angkat kematian hingga bed occupancy ratio (BOR).
"Angka kematian, hati-hati di sini tinggi, karena angka kematian kita di nasional 2,7%. Hati-hati Indragiri Hilir ini 5,23%. Ini coba dicek betul, apakah obatnya sering terlambat, apakah tidak ada ventilator, cek betul dan lain-lainnya. Rokan hulu juga 4,5%," ujarnya di Pekanbaru, Riau, Rabu (19/5/2021).
"Coba dilihat, angka-angka itu dicatat dan kalau saya tanya mestinya semua bupati, wali kota, gubernur itu tahu posisi di tingkat kabupaten seperti apa, pak bupati berapa kesembuhan di sini, harus bisa jawab. Berapa kasus aktif, harus bisa jawab," lanjutnya.
Untuk BOR, Jokowi mengungkapkan Riau berada di urutan kedua setelah Sumatra Utara. Kendati demikian, mengacu kepada laporan dari Gubernur Riau Syamsuar, level BOR sudah turun ke 47%.
"Sudah turun. Tapi sekali lagi perlu diturunkan lagi karena BOR nasional adalah 29%. Sudah rendah sekali nasional. Sehingga artinya yang masuk RS harus disegerakan untuk sembuh supaya bed-nya kosong, supaya keterisian RS bisa kosong. Sembuhkan secepatnya," ujar Jokowi.
"Perintahkan, pak bupati, wali kota, ke RSUD yang ada. Kurangnya apa. Obatnya komplet atau masih kurang? Misalnya di Dumai karena birnya tinggi atau di Indragiri Hulu di angka 93% atau di Dumai di 84% ini hati-hati, udah segede itu hati-hati. Meski tadi rata-rata 53%, tapi hati-hati ada dua yang tinggi sekali, Indragiri hulu dan Dumai," lanjutnya.
Jokowi pun mengaku telah memerintahkan menteri kesehatan dan kapolri agar RS milik Pertamina dan Polri membantu meningkatkan kapasitas BOR.
"Kalau sudah gini, sudah lampu merah betul itu yang 93%, 84% itu hati-hati. Itu dua minggu berikut sudah bisa kolaps kalau tidak disiapkan," katanya.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Soal Covid-19 di 2020: WHO Bingung, Kita Juga Bingung!