
Dear Pak Jokowi, Mimpi Ekonomi Tumbuh 7% Sepertinya Buyar!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kerumunan yang terjadi saat Lebaran sangat mengkhawatirkan. Hal ini bisa memupuskan mimpi Presiden Joko Widodo (Jokowi) raih pertumbuhan ekonomi di atas 7% pada kuartal II-2021.
"Bagaimana pengendalian sangat penting jika tidak ingin kasus meningkat. Karena kalau kasus meningkat seperti di India maka pembatasan lebih ketat harus dilakukan sehingga akan membatasi pergerakan di kuartal II. Apalagi Pemerintah perkirakan bisa tumbuh 7% di kuartal II," ujar Ekonom Permata Bank Josua Pardede kepada CNBC Indonesia, Selasa (18/5/2021).
Pemerintah sudah tepat dalam melarang aktivitas mudik dan membatasi gerak masyarakat agar tidak terjadi kerumunan. Akan tetapi implementasinya masih jauh dari yang diharapkan, sehingga beberapa tempat wisata dibanjiri pengunjung yang tidak mematuhi protokol kesehatan.
Dampak dari kerumunan akan terlihat pada beberapa hari mendatang. Bila lonjakan kasus benar terjadi, maka pemerintah terpaksa harus kembali memperketat aktivitas masyarakat. Sehingga laju pemulihan ekonomi yang sekarang tengah bagus, bisa terganjal.
"Pertumbuhan 7% kalau kasus covid nggak naik. Di atas 7% kondisinya vaksinasi lebih cepat," tegasnya.
Josua tidak mengharapkan hal tersebut terjadi. Sekarang yang perlu dilakukan pemerintah adalah menyiapkan antisipasi lonjakan kasus, baik dari sisi tenaga kesehatan maupun rumah sakit. Selanjutnya kembali mempercepat program vaksinasi.
"Vaksinasi itu perlu dipercepat lagi. Sekarang kan masih lambat dan diharapkan bisa dipercepat untuk meningkatkan imunitas," terang Josua.
Josua belum mengubah proyeksi untuk pertumbuhan ekonomi kuartal II dan keseluruhan tahun 2021. Ia optimistis ekonomi bisa tumbuh setidaknya 6% pada kuartal II karena rendahnya basis perekonomian pada periode yang sama tahun lalu. Dengan catatan tidak ada lonjakan kasus.
"Jadi sebetulnya, kami melihat ini hanya bisa tumbuh maksimal 6%. Paling relevan ya di 6%," jelasnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Sampaikan Alasan PDB Q3 Bakal Lebih Rendah dari Q2