
Harga Tembaga Pecah Rekor, RI Mestinya Jadi Negara Kaya

Juru Bicara PT Freeport Indonesia (PTFI) Riza Pratama menyampaikan target produksi konsentrat tembaga perusahaan pada tahun ini naik dari tahun lalu. Tapi, penyebab kenaikan produksi ini dikarenakan fase meningkatnya operasional tambang bawah tanah.
"Produksi kami tahun ini targetnya lebih besar dari tahun lalu karena kami ramp up operasi tambang bawah tanah," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Senin (17/05/2021).
Berdasarkan data Freeport McMoran, produksi bijih tembaga PT Freeport Indonesia dari Grasberg Block Cave dan tambang bawah tanah Deep Mill Level Zone (DMLZ) diperkirakan mencapai 98.5000 metrik ton bijih per hari.
"Pada tahun ini produksi tembaga ditargetkan mencapai 1,4 miliar pon," ujarnya.
Sedangkan produksi emas tahun ini dipatok 1,4 juta ons, naik hampir dua kali lipat dibandingkan 2020 yang mencapai 800 ribu ons.
Peningkatan produksi tembaga dan emas tahun ini menurutnya akan berdampak pada penerimaan negara, terutama dari sisi dividen yang akan dibagikan.
"Tentunya dividen yang dibayarkan kepada pemerintah akan lebih besar," imbuhnya.
Sementara dari sisi kenaikan harga, menurutnya harga mineral selalu mengalami siklus (cycle) dan saat ini tengah menghadapi super cycle (super siklus).
Khusus untuk komoditas tembaga, menurutnya banyak produsen yang berhenti berproduksi, karena pandemi Covid-19. Sementara permintaan terus naik seiring dengan kebutuhan untuk kendaraan listrik.
"Demand tembaga terus naik seiring peningkatan produksi kendaraan listrik dan renewable power plants yang menggunakan tembaga 4-5 kali lipat dibanding kendaraan dan pembangkit konvensional," jelasnya.
(wia)[Gambas:Video CNBC]
