
Riset: Covid-19 Bisa Masuk ke Penis & Bikin Disfungsi Ereksi

Jakarta, CNBCÂ Indonesia- Peneliti Miller School of Medicine Universitas Miami menemukan bahwa bahwa COVID-19 bisa masuk di jaringan penis setelah pulih dari penyakit mematikan ini.
Dikutip dari eurekalert.org, disfungsi pembuluh darah yang meluas atau disfungsi endotel yang diakibatkan oleh infeksi COVID-19 kemudian dapat berkontribusi pada disfungsi ereksi menurut penelitian yang baru-baru ini diterbitkan dalam World Journal of Men's Health. Disfungsi endotel adalah suatu kondisi di mana lapisan pembuluh darah kecil gagal menjalankan semua fungsinya secara normal. Akibatnya, jaringan yang disuplai oleh pembuluh tersebut bisa mengalami kerusakan.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa COVID-19 dapat menyebabkan disfungsi endotel yang meluas di sistem organ di luar paru-paru dan ginjal. Disfungsi endotel yang mendasari yang terjadi karena COVID-19 dapat memasuki sel endotel dan memengaruhi banyak organ, termasuk penis," kata salah seorang peneliti Ranjith Ramasamy, MD, profesor dan direktur Program Urologi Reproduksi Miller School.
"Dalam studi percontohan kami, kami menemukan bahwa pria yang sebelumnya tidak mengeluhkan disfungsi ereksi mengalami disfungsi ereksi yang cukup parah setelah timbulnya infeksi COVID-19," tambahnya.
Ramasamy dan rekannya meneliti jaringan penis dari dua pria dengan riwayat infeksi COVID-19 yang menjalani operasi prostesis penis untuk disfungsi ereksi. Salah satu pria dirawat di rumah sakit karena COVID-19, sementara pasien lainnya hanya mengalami gejala ringan saat tertular virus.
Para peneliti juga mengumpulkan jaringan dari dua pria tambahan tanpa riwayat infeksi COVID-19 yang menjalani operasi yang sama untuk disfungsi ereksi. Para peneliti menganalisis semua sampel jaringan untuk tidak hanya bukti virus tetapi juga disfungsi endotel.
Mereka menemukan COVID-19 ada di jaringan penis kedua pria yang telah terinfeksi, tetapi tidak pada pria yang tidak memiliki riwayat virus. Para pria tersebut telah terinfeksi masing-masing enam dan delapan bulan sebelumnya. Pria-pria ini memiliki bukti disfungsi endotel, sedangkan pria yang telah bebas dari virus tidak.
"Ini menunjukkan bahwa pria yang mengembangkan infeksi COVID-19 harus menyadari bahwa disfungsi ereksi bisa menjadi efek buruk dari virus, dan mereka harus pergi ke dokter jika mereka mengalami gejala difungsi ereksi," kata Dr. Ramasamy.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Harian Covid di Indonesia Meroket, Tambah 802 Hari ini