Terpapar Covid Sebabkan Ereksi 3 Jam, Pria Ini Akhirnya Wafat

Lynda Sari H, CNBC Indonesia
31 March 2021 12:36
A brigade wearing biohazard suits to protect themselves from the spread of the new coronavirus pick up a coffin with a body left outside a house in Guayaquil, Ecuador, Monday, April 6, 2020. Guayaquil, a normally bustling city that has become a hot spot in Latin America as the coronavirus pandemic spreads, also has untold numbers dying of unrelated diseases that can’t be treated because hospitals are overwhelmed. (AP Photo/Edison Choco)
Foto: Korban Meninggal Akibat Covid-19 (AP/Edison Choco)

Jakarta, CNBC Indonesia - COVID-19 dilaporkan menyebabkan beberapa efek samping salah satunya ereksi. Belum lama ini, kisah pilu menimpa pria 69 tahun yang terinfeksi virus corona.

Ia meninggal karena COVID-19 usai ereksi selama tiga jam berturut-turut.

Pasien Corona asal Amerika Serikat itu mulanya sudah dalam kondisi kritis karena Corona sehingga harus menggunakan ventilator. Dirinya yang dirawat di RS Miami Valley juga diarahkan dokter untuk tengkurap selama 12 jam agar memudahkan ia bernapas.

Sialnya, setelah kembali dalam posisi berbaring normal, pria ini malah mengalami ereksi tak kunjung henti. Dokter saat itu langsung mencoba mengatasinya dengan kompres es.

"Mereka mencoba mengurangi pembengkakan dengan kompres es tetapi tidak berhasil," kata dokter dalam studi The American Journal of Emergency Medicine dikutip Rabu (31/3/2021).

Setelah tiga jam berlalu, mereka akhirnya terpaksa mengalirkan darah dari penis pria ini dengan jarum.

Ia didiagnosis dengan kondisi priapisme atau ereksi berkepanjangan. Kondisi yang muncul akibat darah yang terjebak dalam bilik ereksi pada penis.

Meski akhirnya ereksi pria tersebut berhasil ditangani, ia meninggal dunia dalam perawatan intensif saat paru-parunya berhenti bekerja.

Petugas medis percaya priapisme itu disebabkan oleh penggumpalan darah, yang diketahui sebagai komplikasi dari virus Corona.

"Kami belum pernah melihat kasus priapisme terkait Covid-19 seperti ini, dan kami telah menangani lebih banyak pasien COVID-19 daripada rumah sakit Eropa lainnya sejauh yang saya ketahui, jadi inilah jelas merupakan manifestasi COVID-19 yang langka tetapi dapat dijelaskan," jelas ahli bedah urologi Birmingham Dr Richard Viney.

Kasus serupa pernah terjadi pada pria berusia 62 tahun di Prancis. Ia mengalami priapisme saat dirawat akibat COVID-19 dengan kondisi kritis. Mereka menemukan 'gumpalan darah gelap' yang mereka yakini disebabkan oleh trombosis terkait COVID-19.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada Covid-19 Ngamuk Lagi, Kenali Gejala Varian Barunya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular