
Lockdown Sudah, Vaksinasi Sudah, Lalu Kapan Corona Goodbye?

Jakarta, CNBC Indonesia - Lebih dari setahun sudah aktivitas manusia di seluruh dunia redup akibat pandemi global Covid-19. Meski beberapa kebijakan pemerintah mengenai lockdown dan kampanye vaksinasi sudah dimulai, nampaknya corona masih belum bisa teratasi.
Di beberapa negara seperti India, Malaysia, Thailand, Jepang, Kamboja, Nepal, dan Vietnam kasus infeksi harian Covid-19 masih terjadi dengan intensitas yang cukup tinggi. Di India, yang notabenenya produsen vaksin Covid-19 terbesar di dunia, saat ini kewalahan dalam menekan laju pertumbuhan virus yang pertama kali muncul di Wuhan itu. Infeksi harian Negeri Bollywood itu mencapai diatas 350 ribu dan kematiannya juga hampir mencapai 4 ribu jiwa perhari.
Selain itu munculnya mutasi baru virus corona seperti B.117 di Inggris, E484K dari Afrika Selatan (Afsel), P1 dari Brasil, dan B.1617 dari India menyebabkan kekhawatiran baru akan ledakan kasus corona baru dalam waktu dekat.
Fakta-fakta ini membuat semua orang bertanya mengenai akhir dari pandemi. Beberapa sudut pandang pun menyuarakan pendapatnya.
Pertama datang dari dunia ramalan. Peramal Rusia Tatiana Borsch menyatakan bahwa mungkin Covid-19 akan mulai pergi pada semester kedua tahun 2021 hingga Januari 2022.
"Periode kritis lain yang harus diperhatikan tahun ini adalah Mei hingga paruh pertama Juli dan Desember hingga Januari 2022. Kita dapat menyaksikan kemunculan kembali masalah lama" ujat Borsch sebagaimana dikutip Deccan Herald, Selasa (11/5/2021).
Pendapat kedua datang dari para otoritas kesehatan di beberapa negara yang bersandar pada vaksin sebagai pemecah kebuntuan Covid-19. Menteri luar negeri Prancis Jean-Yves Le Drian menyebut bahwa pandemi Covid-19 akan menghantui dunia hingga melewati tahun 2024 bila angka kampanye vaksinasi masih serendah saat ini.
"Tidak akan ada kekebalan terhadap Covid-19 kecuali itu adalah kekebalan global," tambahnya.
Ia juga meminta agar proses vaksinasi berjalan cepat seluruh negara G7 harus menjangkau beberapa negara yang tidak memiliki akses vaksin hingga saat ini.
"Para pemimpin G7 perlu melangkah lebih jauh. Kami juga harus mempercepat distribusi. Kita juga harus melangkah lebih jauh dalam kerangka G7 dengan Afrika untuk menempatkan strategi menempatkan kapasitas produksi di Afrika, "katanya.
"Kami harus berbuat lebih banyak untuk memastikan vaksin menjangkau orang yang tepat. Ini bukan hanya soal solidaritas. Ini masalah kepentingan pribadi dan efisiensi untuk diri kita sendiri."
Sementara itu Inggris mengklaim bahwa negaranya bebas dari Covid-19 pada Agustus mendatang karena vaksinasi yang cepat telah dilakukan otoritasnya
"Suatu saat di bulan Agustus, kami tidak akan memiliki virus yang beredar di Inggris", kata Kepala satuan gugus tugas vaksinasi Covid-19 Inggris, Clive Di, sebagaimana dikutip Reuters, Sabtu (7/5/2021).
Inggris sendiri telah memberikan lebih dari 51 juta vaksin dan telah menjadi negara tercepat kedua setelah Israel yang memberikan dosis pertama untuk setidaknya setengah dari populasi orang dewasa.
Sementara itu berkaca pada pengalaman Selandia Baru dan China yang berhasil menekan angka corona dengan penertiban protokol, hal ini dianggap tidak dapat memberikan ramalan masa depan mengenai seberapa cepatkah Covid-19 berhenti menghantui dunia. Tingkat kepatuhan publik yang berbeda di setiap negara menjadikan hal ini tidak dapat digunakan sebagai indikator ramalan akhir dari Covid-19.
Di Indonesia sendiri sempat ada ramalan mengenai kapan corona berakhir menggunakan metode vaksinasi yang berjalan saat ini. Dalam sebuah artikel yang ditulis Bloomberg, dikatakan bahwa Indonesia bisa bebas dari Covid dalam 10 tahun kedepan. Hal ini didasarkan pada argumen bahwa vaksin yang digunakan diimpor dari negara barat yang saat ini fokus membenahi program kampanye vaksinnya.
"Proyeksi tersebut menempatkan negara-negara kaya di bawah tekanan intensif untuk membagikan stok vaksin mereka, meskipun publik mungkin tidak mendukung kemurahan hati tersebut," tulis Strait Times pada bulan Februari lalu.
Apapun yang terjadi mengenai ramalan, patutnya kita semua tetap mematuhi protokol kesehatan. Tetap jaga jarak, mencuci tangan, menggunakan masker, dan tidak berkerumun ya sobat cuan! Stay safe and Healthy!
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak