Produksi Batu Bara RI Q1 Drop, Begini Kata Pemerintah

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
05 May 2021 20:24
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi batu bara nasional pada kuartal I 2021 mengalami penurunan sebesar 4,12% menjadi 143,69 juta ton dari 149,88 juta ton pada kuartal I 2020. Penurunan produksi ini terjadi di tengah lonjakan harga batu bara.

Lalu, apa yang menyebabkan produksi kuartal I 2021 ini anjlok?

Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batu Bara Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Sujatmiko mengatakan, lebih rendahnya produksi batu bara kuartal I 2021 dibandingkan periode yang sama tahun lalu disebabkan oleh curah hujan yang tinggi.

"Realisasi produksi batu bara pada kuartal I 2021 lebih rendah dibandingkan kuartal I 2020 disebabkan oleh curah hujan tinggi yang terjadi pada area tambang di Kalimantan dan Sumatera," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Rabu(05/05/2021).

Akibat curah hujan yang tinggi ini, maka menurutnya terjadi gangguan pada operasional tambang, seperti gangguan di pengangkutan batu bara, pit yang tergenang, jalan angkut licin, akses logistik terganggu, dan banjir pada beberapa lokasi tambang.

"Curah hujan yang tinggi tersebut mengakibatkan gangguan operasional tambang," ujarnya.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Harga Batu Bara Acuan (HBA) pada Januari 2021 sebesar US$ 75,84 per ton, lalu melesat menjadi US$ 87,79 per ton pada Februari, dan turun di Maret menjadi US$ 84,47 per ton.

Harga tersebut melonjak bila dibandingkan dengan HBA pada kuartal I 2020, di mana harga pada Januari 2020 hanya berada di level US$ 65,93 per ton, lalu menanjak ke US$ 66,89 per ton pada Februari 2020, dan naik tipis ke US$ 67,08 per ton.

Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM, produksi batu bara terlihat lebih tinggi pada Maret 2021 yakni mencapai 49,46 juta ton, meningkat dari Februari yang sebesar 45,70 juta ton dan Januari 48,55 juta ton.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Meroket Tapi Produksi Batu Bara RI Susah Naik, Kenapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular