Tanda Apa Ini? Ritel-Restoran Sudah Seperti Sebelum Pandemi

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
04 May 2021 07:42
Ilustrasi Pasar Tanah Abang. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Pasar Tanah Abang. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki Kuartal II-2021, angka kunjungan masyarakat ke pusat belanja dan restoran telah menembus batas 100% pada jam-jam sibuk.

Mandiri Institute telah melakukan live-monitoring aktivitas pada sektor ritel dan restoran, dua sektor yang dinilai terkena dampak Covid-19 cukup dalam.

Metode monitoring dilakukan dengan melihat tingkat kesibukan restoran dan tempat belanja di lebih dari 5.000 tempat belanja dan 9.000 restoran yang tersebar di 9 kota besar di Indonesia.



"Berdasarkan data, kami menemukan bahwa angka kunjungan ke pusat belanja dan restoran telah menembus batas 100% pada jam-jam sibuk," tulis Riset Mandiri Institute yang dikutip CNBC Indonesia, Selasa (4/5/2021).

Angka tersebut menggambarkan lonjakan signifikan bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Secara spesifik kunjungan ke pusat belanja pada awal April 2021 telah mencapai 128% jika dibandingkan dengan kapasitas normal di jam-jam sibuk. Kunjungan ini merupakan angka tertinggi semenjak bulan Juli 2020.

Monitoring tingkat kunjungan tersebut dilakukan terhadap 5.872 tempat belanja dan 9.626 restoran yang tersebar di 9 kota besar. Observasi dilakukan setiap hari dari 1-19 April 2021, pada pukul 12.00 - 14.00 dan 17.00 - 20.00.

"Bila tingkat kunjungan melebihi 100%, maka tingkat kunjungan di periode tersebut lebih tinggi dari tingkat kunjungan yang biasa terjadi pada puncak jam sibuknya," jelas Riset Mandiri Institute.

"Ini menunjukkan bahwa aktivitas ke pusat ritel dan restoran sudah mulai kembali seperti pada periode sebelum pandemi," seperti dikutip Riset Mandiri Institute.

Lonjakan kunjungan ke tempat belanja di Makassar dan DKI Jakarta merupakan kontributor utama lonjakan kunjungan secara nasional.

Tingkat kesibukan di Shopping Mall dan Supermarket tertinggi pada April 2021. Pada Shopping Mall dalam rentang 8-15 Februari 2021, angka kunjungan rata-rata mencapai 66%. Kemudian pada periode 8-24 Maret 2021, kunjungan terus naik menjadi 98%. Dan pada April 2021, kunjungan melonjak drastis hingga 179%.

Kemudian pada Supermarket, angka kunjungan rata-rata pada periode 8-15 Februari 2021 mencapai 61%, kemudian pada 8-24 Maret 2021 kunjungan naik menjadi 86% dan terus naik menjadi 116% pada periode 1-19 April 2021.

Adapun Toko Lainnya pada 8-15 Februari, kunjungannya rata-rata mencapai 59%, kemudian naik menjadi 78% pada periode 8-24 Maret 2021, dan menjadi 88% pada rentang 1-19 April 2021.

Kesibukan tinggi juga terlihat pada restoran di sejumlah kota besar di Indonesia. Pada awal April 2021, tingkat kunjungan restoran pada jam sibuk sudah mencapai 117%, tertinggi sejak Juli 2020.

Di mana pada rentang waktu 8-15 Februari 2021, kunjungan restoran hanya mencapai 64%, lalu naik menjadi 89% pada periode 8-24 Maret 2021, dan puncaknya pada 1-9 April 2021 menjadi 117%.

"Tingginya kesibukan di restoran pada bulan Ramadhan (April 2021) kemungkinan disebabkan oleh banyak masyarakat buka puasa bersama di tempat makan. Selain itu, relaksasi PPKM dan makan di tempat (dine-in) untuk restoran memungkinan restoran beroperasi dalam kapasitas penuh," jelas Mandiri Institute.

Hal ini merupakan berita menggembirakan untuk dua sektor yang terkoreksi amat dalam selama pandemi Covi-19. Namun demikian, tingkat kesibukan yang tinggi juga menunjukkan adanya tendensi konsumen yang berkumpul untuk menunggu mendapatkan layanan, terutama di restoran. Tentu ada risiko terjadi penularan virus.

Mandiri Institute memandang, peran aktif pemilik atau manajemen tempat belanja dan restoran dalam menerapkan protokol kesehatan sangat dibutuhkan.

Penegakan peraturan dan prasarana untuk meningkatkan kewaspadaan dan prosedur berkegiatan yang higienis dan terkontrol, menjadi kunci pemulihan ekonomi yang diharapkan makin solid dan berkelanjutan di masa depan.

"Penerapan protokol kesehatan ketat di restoran amat dibutuhkan karena aktivitas dine-in di restoran masih merupakan aktivitas yang berisiko karena melibatkan kontak fisik di tempat umum," jelas Mandiri Institute.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bisnis Sawit RI Rp800 T Per Tahun, Sayang Risetnya Kalah Sama Malaysia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular