Kereta Tanpa Rel Bakal Wara-Wiri di Kota-Kota RI, Tertarik?

Emir Yanwardhana, CNBC Indonesia
29 April 2021 16:58
autonomous rail rapid transit
Foto: autonomous rail rapid transit

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berencana membuat moda transportasi baru trem otonom atau Autonomous Rail Transit (ART) di Indonesia. Ada tiga wilayah yang menjadi pilot project yakni Yogyakarta, Surabaya, juga Denpasar.

Saat ini sedang dibahas regulasi penerapan trem tanpa rel ini. yang dilakukan enam kementerian/lembaga yang terlibat langsung yakni, Kemenhub, Kementerian ATR/Pertanahan, Kementerian Perindustrian, Kementerian ESDM, Kementerian Kominfo, Pemerintah Desa juga Kepolisian. Selain itu naskah akademik dibantu oleh dua universitas ITB dan UGM.

Lantas apakah ini efisien? Melihat pembangunan moda transportasi baru kerap memakan biaya yang lebih besar dari yang sudah ada. Apalagi dari moda transportasi ini tidak berbasis rel, sehingga menggunakan jalan raya, yang saat ini sudah bisa terfasilitasi dengan kendaraan bus.

autonomous rail rapid transit (China Daily)Foto: autonomous rail rapid transit (China Daily)
autonomous rail rapid transit (China Daily)

Kepala Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, mengatakan efisien atau tidak tergantung dari sudut pandang mana. Memang transportasi baru akan memakan biaya yang tentu lebih besar dibanding penggunaan bus.

"Bus biasa dengan sistem pelayanan yang lebih baik dan cepat tentu lebih baik, seperti di Singapura mereka dulu kembangin bus dulu baru loncat ke kereta," kata Djoko kepada CNBC Indonesia, Kamis (29/4/2021).

Belum lagi dari segi pembiayaan tentu jika dilakukan secara business to business, Djoko bilang tidak akan jalan. Dia mencontohkan seperti proyek LRT dan Kereta Cepat Jakarta - Bandung. Dimana dalam pembiayaan tidak dihitung dengan cermat membuat harga proyek jadi membengkak. Sehingga masih perlu peran dari porsi belanja pemerintah.

Selain itu dari sisi operasional, juga harus dihitung dengan benar, berapa potensi penumpang yang akan menggunakan moda ini. Apa benar potensi dari ART bisa masuk dalam hitungan yang ekonomis?.

Djoko mencontohkan melihat saat ini jumlah penumpang LRT masih di bawah dari hitungan yang sudah ada, rata rata masih 4.500 - 5000 penumpang per hari dari target 7.000 penumpang per hari.

"Intinya kereta itu memang cari penumpang, tapi tidak bisa cari hidup dari penumpang saja, harus ada intervensi seperti PSO. Harus jelas hitungannya kalau tidak ada subsidi akan berat untuk ART ini," jelasnya.

ART dari China

ART merupakan salah satu teknologi sarana kereta yang baru dikenalkan dan diuji coba oleh CRRC Zhuzhou China, 8 Mei 2018. ART melaju di jalan raya dengan jalur bertanda khusus. ART yang lebih mirip seperti tram namun menggunakan roda karet dan digerakkan dengan tenaga listrik.

Pada 18 Mei 2018, Direksi PT KAI berkesempatan menjajal ART. Setelah kunjungan itu, ada kerja sama antara KAI dengan CRRC Zhuzhou China untuk mengembangkan pengoperasian Tram ART tersebut di Indonesia melalui penandatanganan MoU antara KAI dengan CRRC TEC pada 18 Mei 2018.

Pada 9 Maret 2020 lalu, kajian legal ART yang dilakukan oleh Pustral UGM telah selesai dilakukan dan hasilnya telah dipresentasikan kepada DJKA, Kemenhub pada 7 Mei 2020 lalu.

Selanjutnya. PT KAI bakal mendatangkan ART buatan China ini untuk dioperasikan di Bali. Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo menjelaskan bahwa ART bakal menghubungkan Bandara Internasional Ngurah Rai menuju kawasan Sanur.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Butuh Jasa ART Jelang Lebaran? Siapkan Kocek Lebih Dalam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular