Demi Bebas Impor BBM, Jokowi Minta "Pembantunya" Lakukan Ini

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
29 April 2021 16:23
Tenggelam dalam impor BBM, Defisit migas RI Tembus Rp 176 T
Foto: Infografis/Tenggelam dalam impor BBM, Defisit migas RI Tembus Rp 176 T/Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah optimistis bisa bebas impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dan LPG pada 2030 mendatang. Demi mengejar target tersebut, maka diperlukan investasi sampai dengan ribuan triliun.

Investasi ini diperlukan untuk membangun dan menambah kapasitas kilang minyak, membangun infrastruktur termasuk jaringan pipa gas, meningkatkan produksi minyak mentah nasional, hingga konversi batu bara ke LPG.

Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo juga telah meminta agar segala aturan yang menghambat investasi untuk segera dibereskan.

Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto.

Dalam wawancara bersama bersama CNBC Indonesia, Kamis (29/04/2021), Djoko mengatakan permintaan Presiden tersebut disampaikan dalam sidang kabinet paripurna bersama DEN di Istana Negara, pada pekan lalu, Selasa (20/4/2021).

Dia mengatakan, ada dua pesan yang disampaikan Presiden, yakni segala aturan yang menghambat investasi untuk dicabut dan juga segala prosedur yang menghambat perizinan segera disederhanakan.

"Bapak Presiden sampaikan bahwa betul kuncinya investasi. Dua pesan Pak Presiden ini yang harus kita jalankan. Semua yang hambat harus dihilangkan dan percepat proses perizinan," ungkapnya saat wawancara dengan CNBC Indonesia, Kamis (29/04/2021).

Lebih lanjut Djoko menyampaikan, beberapa peraturan yang menghambat sudah dicabut, begitu pun beberapa prosedur operasional (Standard Operating Procedure/ SOP) perizinan telah disederhanakan.

"Dan dari segi organisasi di pemerintah unit eselon 5,4,3 sudah dihilangkan untuk mempersingkat birokrasi ini dan beberapa perizinan sudah hampir seluruhnya dilakukan online," bebernya.

Menurutnya, kunci investasi tak hanya tergantung dari kebijakan pemerintah, tapi juga investor sendiri.

Dia mencontohkan, investasi di sektor hulu migas setiap tahunnya mencapai belasan miliar dolar AS yang nantinya akan dilakukan pengembalian oleh pemerintah melalui skema cost recovery. Sementara di sisi hilir seperti pembangunan kilang baru, misalnya Kilang Tuban, imbuhnya, Pertamina pun bermitra dan bekerja sama dengan perusahaan asal Rusia, Rosneft.

"Pemerintah Indonesia dukung Pertamina kerja sama dengan partner-partner lain di dalam dan luar negeri. Banyak sekali investasi asing dan dalam, termasuk Pertamina yang terus berinvestasi di hulu migas," tuturnya.

Sedangkan dari sisi investasi LPG, dia mencontohkan investasi untuk proyek Dimethyl Ether (DME) yang akan dikonversi menjadi LPG. Air Products, perusahaan asal AS, imbuhnya, akan menjadi investor dari proyek gasifikasi batu baru ke Dimethyl Ether (DME) dan sudah bersurat ke pemerintah untuk berinvestasi US$ 10 miliar. Air Products akan bekerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pertamina (Persero).

"Untuk proyek DME sendiri, Air Products bikin surat ke pemerintah Indonesia sediakan dana US$ 10 miliar," ungkapnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak, 4 Jurus Akbar RI Bisa Bebas Candu Impor BBM 2030

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular