Sri Mulyani Ungkap Postur APBN 2022, Belanja Negara Naik 15%

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
29 April 2021 12:22
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2021 (Tangkapan Layar Youtube Bappenas RI)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2021 (Tangkapan Layar Youtube Bappenas RI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan postur ekonomi makro atau fiskal tahun 2022. Penyusunan APBN 2022 ini berdasarkan outlook tahun 2021.

"Arah kebijakan fiskal tahun 2022 masih fokus pada pemulihan ekonomi dan melaksanakan reformasi struktural untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujarnya dalam webinar Rakornas Pembangunan Pusat 2021, Kamis (29/4/2021)

Ia merinci, untuk penerimaan negara tahun depan berada di kisaran 10,18-10,44% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau Rp 1.823,5 triliun - Rp 1.895,4 triliun. Penerimaan negara ini diperkirakan meningkat 9,98% atau Rp 1.7948,7 triliun dari target tahun 2021.

Penerimaan negara ini terdiri dari penerimaan perpajakan yang ditargetkan di kisaran 8,37%-8,42% dari PDB atau Rp 1.499,3 triliun - Rp 1.528,7 triliun dan penerimaan negara bukan Pajak (PNBP) 1,8%-2% dari PDB atau Rp 322,4 triliun - Rp 363,1 triliun serta penerimaan hibah sebesar 0,01%-0,02% dari PDB atau Rp 1,8 triliun-Rp3,6 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2021 (Tangkapan Layar Youtube Bappenas RI)Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2021 (Tangkapan Layar Youtube Bappenas RI)



Kemudian belanja negara untuk 2022 ditargetkan 14,69%-15,29% atau Rp 2.631,8 triliun - Rp 2.775,3 triliun. Belanja negara tahun 2022 ini meningkat 15,58% dari target di tahun ini.

Adapun belanja ini akan dialokasikan kepada belanja pemerintah pusat sebesar 10,36%-10,63% dari PDB atau kisaran Rp 1.856 triliun - Rp 1.929,9 triliun dan belanja transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sebesar 4,33%-4,66% dari PDB atau Rp 775,8 triliun - Rp 845,3 triliun.

Belanja yang masih lebih tinggi dari penerimaan ini akan membuat defisit di tahun depan berada di kisaran 4,51%-4,85% atau Rp 808,2 triliun - Rp 879,9 triliun. Kemudian pembiayaan nilainya akan sama dengan perkiraan defisit tahun depan.

Selanjutnya, keseimbangan primer diperkirakan akan berada di kisaran 2,31%-2,65% dari PDB atau Rp 414, triliun - Rp 480,5 triliun.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Selain APBN, Ini 3 Motor Penggerak Ekonomi Indonesia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular