
Biaya Produksi Minyak Q1 Turun ke US$ 11,88/Barel, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat terjadi penurunan ongkos produksi minyak dan gas bumi (migas) pada kuartal I 2021 menjadi sebesar US$ 11,88 per barel, turun sekitar 16,3% dibandingkan dengan ongkos produksi pada kuartal I 2020 yang mencapai US$ 14,21 per barel.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris SKK Migas Taslim Z. Yunus.
Dia menjelaskan, ada dua faktor utama yang mendorong penurunan biaya produksi minyak ini. Pertama, adanya peningkatan harga minyak dan kedua adalah adanya efisiensi biaya.
"Total cost (biaya) per barel kuartal I 2021 US$ 11,88 barrel oil equivalent (BOE), lebih rendah dari kuartal I 2020 US$ 14,21 per barel (BOE), kita berada di kondisi menuju lebih efisien," paparnya dalam webinar SKK Migas, Rabu (28/04/2021).
Dia pun mengatakan, besaran penerimaan negara pada kuartal I 2021 mencapai US$ 3,29 miliar atau 45,2% dari target sebesar US$ 7,28 miliar. Kenaikan harga minyak menjadi salah satu penyebab capaian penerimaan negara ini.
Hal senada sebelumnya disampaikan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. Dia mengatakan, di sisi penerimaan negara, seiring dengan kenaikan harga minyak dan juga efisiensi di biaya produksi yang dikembalikan pemerintah (cost recovery), membuat penerimaannya di atas ekspektasi.
"Realisasi penerimaan negara pada kuartal I 2021 US$ 3,29 miliar atau 45,2% dari target satu tahun. Kalkulasi kami, US$ 500-600 juta terdampak dari efisiensi cost recovery," ungkapnya dalam konferensi pers terkait Kinerja Hulu Migas Kuartal I 2021, Senin (26/04/2021).
Produksi minyak pada kuartal I 2021 hanya mencapai 679,5 ribu barel per hari (bph) atau 96,4% dari target APBN 2021 sebesar 705 ribu bph. SKK Migas mencatat capaian ini juga masih di bawah realisasi produksi tahun 2020 sebesar 708,5 ribu bph.
Pada tahun lalu badai pandemi membuat harga minyak sempat anjlok. Namun pada tahun ini fluktuasi harga minyak sudah bergerak ke arah positif.
Realisasi rata-rata ICP telah melonjak ke kisaran US$ 59,01 per barel, lebih tinggi dari asumsi APBN 2021 sebesar US$ 45 per barel dan lebih tinggi dari rata-rata harga minyak mentah dunia 2020 yang sekitar US$ 42 per barel.
Sementara untuk harga minyak mentah dunia, pada tahun ini diperkirakan mencapai rata-rata sekitar US$ 57 per barel dengan proyeksi Dated Brent bakal menembus level tertinggi di sekitar US$ 61 per barel pada Q4 2021 dan WTI perkirakan US$ 58 per barel pada Q4 2021 mendatang.
Bila ini tercapai, ini artinya harga rata-rata minyak mentah dunia pada tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata 2020.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Berisiko Tinggi Alami Tumpahan Minyak dari Kegiatan Migas
