Harga Minyak Terkerek Naik, Begini Kinerja Hulu Migas Q1 2021

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
27 April 2021 10:45
Petronas temukan minyak di Madura. (Dok.SKK Migas)
Foto: Petronas temukan minyak di Madura. (Dok.SKK Migas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Produksi minyak pada kuartal I 2021 hanya mencapai 679,5 ribu barel per hari (bph) atau 96,4% dari target APBN 2021 sebesar 705 ribu bph.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat capaian ini juga masih di bawah realisasi produksi tahun 2020 sebesar 708,5 ribu bph.

Padahal, pada tahun lalu badai pandemi membuat harga minyak sempat anjlok. Namun pada tahun ini fluktuasi harga minyak sudah bergerak ke arah positif.

Berdasarkan data SKK Migas, realisasi rata-rata ICP telah melonjak ke kisaran US$ 59,01 per barel, lebih tinggi dari asumsi APBN 2021 sebesar US$ 45 per barel.

Angka ini juga jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata harga minyak dunia pada 2020 yang berada di kisaran US$ 42 per barel.

Sementara untuk produksi minyak terangkut (lifting) sepanjang kuartal I 2021 masih lebih rendah dibandingkan produksi, yakni 676,2 ribu bph atau 95,9% dari target APBN 705 ribu bph.

Lifting gas juga masih di bawah target yakni 5.539 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau 98,3% dari target APBN sebesar 5.638 MMSCFD.

Secara total, untuk lifting migas sepanjang kuartal I 2021 mencapai 1,66 juta barel setara minyak per hari (boepd), di bawah target APBN sebesar 1,71 juta boepd.

"Saat ini lifting migas untuk minyak capai 96% dari target 705 ribu bph, tercapai 676 ribu bph," papar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam konferensi pers terkait Kinerja Hulu Migas Kuartal I 2021, Senin (26/04/2021).

Dwi menjelaskan rendahnya produksi minyak pada kuartal I dikarenakan entry point (tingkat produksi awal) yang rendah pada Desember 2020, yakni 699 ribu bph.

Kinerja beberapa lapangan juga tidak sesuai prognosis seperti Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, yang dioperasikan ExxonMobil Cepu Ltd karena isu kenaikan water cut dan GOR, Lapangan Sukowati oleh Pertamina EP, juga karena isu kenaikan water cut.

"Mundurnya kontribusi bor beberapa sumur dan kejadian unplanned shutdown di Q1 2021 seperti Train-1 dan Train-2 BP Berau, CPGL Suban Plant dan trip di BGP PetroChina Jabung juga berkontribusi terhadap produksi minyak 2021," tuturnya.

Akan tetapi di sisi penerimaan negara seiring dengan kenaikan harga minyak dan juga efisiensi di cost recovery, membuat penerimaannya di atas ekspektasi.

"Realisasi penerimaan negara pada kuartal I 2021 US$ 3,29 miliar atau 45,2% dari target satu tahun. Kalkulasi kami, US$ 500-600 juta terdampak dari efisiensi cost recovery," ungkapnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Berisiko Tinggi Alami Tumpahan Minyak dari Kegiatan Migas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular