Internasional

Myanmar Belum Damai, Warga Mogok Bayar Listrik dan Sekolah

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
26 April 2021 17:15
Anti-coup protesters sit behind posters with an image of deposed Myanmar leader Aung San Suu Kyi during a rally in Yangon, Myanmar, Monday, Feb. 22, 2021. Protesters gathered in Myanmar's biggest city Monday despite the ruling junta's thinly veiled threat to use lethal force if people answered a call for a general strike opposing the military takeover three weeks ago. (AP Photos)
Foto: Demo dan Mogok Kerja Akibat Kudeta Militer di Myanmar (AP Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Meskipun KTT ASEAN mengenai Myanmar telah membuahkan beberapa hasil, kondisi di negara itu masih belum kondusif. Bahkan tekanan warga terhadap junta militer yang melakukan kudeta 1 Februari lalu semakin kuat.

Terbaru, aktivis dilaporkan menyerukan warga pada hari Senin (26/4/2021) agar orang-orang berhenti membayar tagihan listrik dan pinjaman pertanian. Bahkan, menjauhkan anak-anak mereka dari sekolah.

"Kami semua, orang-orang di kota-kota, kelurahan dan kemudian daerah dan negara bagian harus bekerja sama untuk membuat boikot yang berhasil terhadap junta militer," kata aktivis Khant Wai Phyo dalam pidatonya di sebuah protes di pusat kota Monywa sebagaimana melansir laporan Reuters.

"Kami tidak berpartisipasi dalam sistem mereka, kami tidak bekerja sama dengan mereka."

Hal ini melengkapi protes dengan "pembangkangan sipil" yang sebelumnya sudah dimulai oleh beberapa pekerja pabrik, pekerja pelabuhan, karyawan perbankan, dan juga beberapa ASN.

Protes yang tersebar terjadi di kota-kota besar Myanmar pada hari Minggu (25/4/2021), sehari setelah Jenderal Senior Min Aung Hlaing mencapai kesepakatan, pada pertemuan puncak ASEAN di Jakarta. Dalam KTT itu dihasilkan lima poin yang salah satunya berisi tuntutan agar militer mengurangi kekerasannya terhadap pendemo.

Namun dalam tuntutan itu tidak dituliskan mengenai pembebasan Aung San Suu Kyi dan tahanan politik lainnya. Selain itu perjanjian itu dianggap cacat lantaran tidak memiliki tenggat waktu yang jelas.

Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP) mengatakan 3.431 orang ditahan karena menentang kudeta. Selain itu, hingga kemarin, dikabarkan 751 orang tewas dalam kekerasan junta terhadap para demonstran anti-kudeta.

Kondisi di Myanmar semakin hari semakin memprihatinkan. Gelombang unjuk rasa anti-kudeta yang meluas ke seluruh kota-kota ditambah lagi dengan ancaman perang saudara setelah 10 milisi etnis bersenjata telah memberikan dukungan penuh kepada "pemerintahan tandingan" bentukan pemerintah bayangan NUG.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Warga Desa Myanmar Naik Darah, Junta Diserbu sampai ke Hutan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular