Harga Daging Ayam RI Naik Terus & Lebih Mahal dari Tetangga

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
23 April 2021 16:17
Pasar CSuasana Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Ibu Kota berdampak pada aktivitas di pasar Jaya salah satunya, di kawasan Pasar Cijantung, Jakarta Timur. 16/6/20, CNBC Indonesia/Tri Susilo

Pantauan CNBC Indonesia dilapangan pada Selasa (16/6/20) mencoba menelusuri seluruh isi pasar, tampak sepi  pembeli.  Salah satu pasar di kawasan Jakarta Timur itu sangat berbeda dibanding hari-hari biasanya yang padat dan ramai. Kali ini tampak sepi. Bahkan kendaraan yang terparkir sangat minim.  

Salah satu pedagang pakaian anak mengatakan, kondisi pasar mulai sepi saat terjadi virus corona. “Ini sangat berimbas pada pendapatan kami. Repot kalau begini terus,”ujarnya.

Menurutnya,  setelah lewat pukul 11.00 WIB, siang hari, sudah sangat kurang orang yang berbelanja di pasar. Dagangan pun tentu aja banyak yang tak laku. Karena itu ia berharap wabah COVID-19  ini bisa cepat selesai.

Yanto, pedagang daging ayam juga merasakan demikian. “ Jam 10 masih numpuk dagangan ini. kami sangat khawatir pak kalau begini terus.,”ujarnya sambal geleng geleng kepala.

Pedagang sayur pun demikian. Munawar seorang  tukang sayur mengatakan, untuk mendapatkan sayur juga sulit. “Kita dapat juga sulit. Jualnya juga sudah sepi pembeli. Aturan jaga jarak dan tidak berpergian ke pasar sangat berdampak. “Jadi kalau enggak laku ya udah jadi risiko,” ungkapnya.  

Penjagaan juga diperketat oleh anggota TNI dan securty pasar untuk, setiap pengunjung yang ingin masuk ke pasar akan dicek suhu dan cuci tangan. 

Untuk kepasar basah (pasar ikan) dipastikan pengunjung memakai masker, peraturan tersebut sudah pasang sebelum masuk pasar basar.

Sebelumnya Seorang pedagang di Pasar Obor Cijantung dinyatakan positif Covid-19 usai jalani rapid test dan swab test Covid-19 pada Jumat (29/5/2020) lalu.

Informasi itu berdasarkan data dari Perumda Pasar Jaya pada Kamis (11/6/2020).

Adapun rapid test dan swab test di Pasar Obor Cijantung pada 29 Mei 2020 lalu diikuti 75 peserta yang terdiri dari pengunjung dan pedagang pasar.

Hasilnya, empat orang reaktif Covid-19 berdasarkan hasil rapid test. Kemudian, dari empat orang itu, seorang pedagang dinyatakan positif Covid-19.

 (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)ijantung (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pasar Cijantung (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Selama bulan puasa Ramadan berlangsung 10 hari ini harga daging mengalami kenaikan yang paling kentara, terutama harga daging ayam. Sementara itu harga cabai yang sebelumnya naik tinggi kini berangsur mengalami penurunan. 

Rata-rata harga daging ayam di pasar tradisional Tanah Air hari ini adalah Rp 36.550/kg. Apabila dibandingkan dengan akhir bulan lalu, harga daging ayam telah naik 6% (month to date/mtd).

Kenaikan harga ayam juga diikuti dengan kenaikan harga telur ayam. Pada periode yang sama harga telur ayam ras segar naik 7% menjadi Rp 26.400/kg per hari ini, Jumat (24/4/2021). 

Harga ayam yang mengalami kenaikan membuat polemik. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk muslim, kebutuhan akan ayam setiap tahunnya meningkat apalagi saat bulan puasa seperti sekarang ini. 

Hal ini harus diimbangi dengan peningkatan produksi. Namun masalahnya kenaikan ongkos produksi membuat harga ayam domestik melambung tinggi bahkan bisa lebih mahal dari negara lain.

Di Malaysia contohnya, harga satu kilogram daging ayam dibanderol di Rp 25.000-48.000/kg. Sementara di Indonesia harga satu kilogram daging ayam berkisar di Rp 30.000-60.000/kg.

Harga ayam di Tanah Air kisarannya hanya lebih rendah dari Filipina dan Vietnam di mana kedua negara tersebut pola konsumsi masyarakatnya lebih condong ke daging babi. Bahkan lebih mirisnya lagi harga daging ayam di dalam negeri lebih murah 24% dibanding di Uni Eropa. 

Harga daging ayam dalam negeri yang jauh lebih tinggi dibanding negara-negara lain juga terkonfirmasi oleh pernyataan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Syailendra.

Apa yang membuat harga daging ayam nasional jauh lebih tinggi dibanding negara lain adalah biaya produksi terutama pakan yang terus meningkat. Salah satu bahan baku untuk pakan adalah jagung.

Harga jagung yang terus melambung membuat biaya produksi meningkat. Belum lagi harga jagung di Indonesia bahkan tiga kali lebih tinggi dibanding rata-rata harga jagung internasional. Inilah yang membuat Syailendra mengatakan bahwa industri ayam dalam negeri kalah saing dengan negara lain. 

Umumnya harga daging-dagingan terutama ayam akan melonjak dua kali dalam setahun. Pertama saat Ramadan dan Idul Fitri, kedua pada penghujung tahun bertepatan dengan Hari Natal dan Tahun Baru.

Permasalahan permintaan yang meningkat dalam waktu singkat ditambah dengan tata niaga dan rantai pasok yang belum efisien membuat harga seringkali melambung tinggi dan menciptakan disparitas harga antara sentra produksi dengan destinasi terakhir konsumen.

Selain daging ayam, harga daging sapi juga merangkak naik. Namun tak sebanyak harga daging ayam. Kenaikan harga minyak sawit mentah juga memicu terjadinya peningkatan harga minyak goreng di pasaran. 

Namun harga cabai yang sebelumnya pedas kini sudah berangsur turun, terutama untuk harga cabai rawit yang sebelumnya mencapai Rp 100.000/kg. Kini sudah turun ke bawah Rp 70.000/kg.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rakyat Siaga, Harga Sembako Makin Gila!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular