
Warning Jokowi: Jangan Pakai Isu Lingkungan Hambat Dagang

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) angkat bicara, perihal sejumlah negara yang kerap kali menerapkan hambatan perdagangan secara global dengan berdalih isu lingkungan.
Berbicara saat memberikan pernyataan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Leaders Summit on Climate, Jokowi menegaskan, Indonesia akan terus mendukung upaya kerja sama terkait hal ini di kawasan pasifik.
"Indonesia terus mendukung upaya para sahabat kami di kawasan Pasifik. Kita harus terus melakukan aksi bersama, kemitraan global yang nyata, dan bukan saling menyalahkan, apalagi menerapkan hambatan perdagangan dengan berdalih isu lingkungan," kata Jokowi, Jumat (23/4/2021).
Leaders Summit On Climate Change merupakan forum para pimpinan dunia dalam rangka membahas perubahan iklim. Forum ini sendiri diprakarsai oleh Amerika Serikat (AS).
Sejumlah pejabat penting pun hadir dalam pertemuan yang digelar secara virtual ini. Mulai dari Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden; Presiden China, XI JInping; Presiden Prancis, Emmanuel Macron; Kanselir Jerman, Angela Merkel; hingga Perdana Menteri Australia, Scott Morison.
Jokowi lantas mengajak seluruh pimpinan negara untuk memajukan pembangunan hijau untuk dunia yang lebih baik. Indonesia pun, ujarnya, telah memutakhirkan kontribusi yang ditentukan secara nasional untuk meningkatkan adaptasi dan ketahanan iklim.
Eks Gubernur DKI Jakarta itu mendukung penuh upaya sejumlah negara dalam rangka mewujudkan bebas emisi tahun 2050. Namun, menurutnya, perlu ada keseriusan negara maju untuk mencapai target tersebut.
"Negara berkembang akan melakukan ambisi serupa jika komitmen negara maju kredibel disertai dengan dukungan riil. Dukungan dan pemenuhan komitmen negara maju sangat diperlukan," jelasnya.
Indonesia, kata Jokowi, saat ini tengah mempercepat pilot percontohan net zero emission antara lain dengan membangun Indonesia Green Industrial Park seluas 12.500 hektar di Kalimantan Utara.
"Kami sedang melakukan rehabilitasi hutan mangrove seluas 620 ribu hektare sampai 2024, terluas di dunia dengan daya serap karbon mencapai empat kali lipat dibanding hutan tropis. Indonesia terbuka bagi investasi dan transfer teknologi, termasuk investasi untuk transisi energi," jelasnya.
(wed/wed)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Turunkan Emisi Karbon 41% di 2030, Jokowi Rilis Aturan Baru!