
Tahun Ini Kredit Diramal Tumbuh 6%, Masih Kurang Greget Ah...

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyaluran kredit oleh perbankan yang semakin gencar di tengah kondisi lesunya perekonomian akibat pandemi diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Dalam survei terbarunya, Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa penyaluran kredit pada kuartal pertama tahun ini mengalami pertumbuhan yang positif. Bank diperkirakan bakal semakin menggenjot penyaluran kredit pada kuartal kedua.
Sejalan dengan perkiraan meningkatnya kredit baru, kebijakan penyaluran kredit di kuartal kedua juga akan lebih longgar. Standar penyaluran kredit yang diperkirakan tidak seketat kuartal sebelumnya yaitu kredit investasi dan kredit UMKM.
Sementara itu, aspek kebijakan penyaluran yang diprakirakan tidak seketat kuartal sebelumnya antara lain premi kredit berisiko, agunan, dan persyaratan administrasi. Seiring dengan penurunan suku bunga acuan yang dilakukan oleh BI, suku bunga perbankan juga mulai mengalami penurunan.
Terlihat biaya dana (cost of fund/CoF) mengalami penurunan yang paling signifikan yaitu 0,47 poin persentase. Sementara suku bunga kredit cenderung kurang mengalami penurunan yang berarti pada kuartal pertama jika dibandingkan dengan kuartal terakhir tahun lalu.
Untuk suku bunga kredit yang paling turun adalah suku bunga kredit modal kerja (KMK). Jika dibandingkan dengan kuartal empat tahun lalu suku bunga KMK turun 0,14 poin persentase.
Responden memperkirakan kredit 2021 tumbuh positif sebesar 6,0% (yoy), berbeda dibandingkan realisasi pertumbuhan kredit 2020 sebesar -2,4% (yoy). Namun jika dilihat dari angkanya yang hanya 6% masih terbilang terbatas.
Agar ekonomi kembali meroket ke atas 5% maka laju pertumbuhan kredit harus mencapai dobel digit. Bisa dilihat dalam beberapa tahun terakhir ketika kredit tumbuh melambat perekonomian juga kurang bergairah.
Sebenarnya perbankan Tanah Air berada dalam kondisi yang baik ditopang dengan likuiditas yang ample dan juga permodalan yang kuat. Namun ketika pandemi terjadi bank-bank cenderung menghindari risiko dengan mengerem kredit yang terlihat dari perlambatan penyaluran kredit di tengah peningkatan dana pihak ketiga (DPK).
Di saat yang sama terjadi peningkatan aset berupa surat berharga yang terlihat dalam neraca (balance sheet) industri perbankan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Punya Karyawan 50 Orang? Ada Jaminan Kredit dari Sri Mulyani!