
Mandeknya Pipa Cisem Jadi Biang Kerok Jateng Susah Dapat Gas?

Jakarta, CNBC Indonesia - Proyek Pipa Transmisi Cirebon-Semarang (Cisem) sudah mandek selama 15 tahun sejak dilelang pada 2006 lalu. Peletakan batu pertama alias groundbreaking proyek ini pun sebenarnya sudah dilakukan pada 7 Februari 2020 lalu. Namun, hingga kini tak ada progres sama sekali.
Melalui proyek ini, semestinya suplai gas di Jawa Tengah akan mudah dipenuhi. Nyatanya, kini Jawa Tengah mengalami kesulitan mendapatkan gas.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun mengeluhkan hal tersebut. Dia mengatakan, Jawa Tengah punya kendala pada infrastruktur atau pipanisasi yang menyebabkan suplai gas bumi di Jawa Tengah menjadi tidak optimal.
Padahal, menurutnya kebutuhan gas di Jawa Tengah cukup mendesak. Jawa Tengah memiliki potensi geografis yang menguntungkan, diapit oleh dua provinsi besar yang kaya akan pasokan dan pasar gas.
Selain itu, Jawa Tengah juga merupakan tujuan dari dua pipa transmisi, yakni Pipa Cisem dan Pipa Gresik-Semarang. Dari sisi konsumen, Jawa Tengah memiliki banyak industri yang potensial menyerap gas bumi sebagai energi untuk produksi.
Menanggapi isu ini, Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Syahrial Mukhtar mengatakan, pihaknya sudah memiliki infrastruktur pipa transmisi Gresik-Semarang (Gresem), serta alokasi pasokan gas yang dapat disalurkan untuk industri di Jawa Tengah.
"Penyaluran gas bumi bagi industri yang yang belum terjangkau jaringan pipa gas bumi dapat menggunakan moda CNG maupun LNG," jelas Syahrial seperti dikutip dari keterangan resmi perusahaan, Jumat (16/04/2021).
Melalui infrastruktur yang terintegrasi, pihaknya optimis dapat mempercepat akses gas bumi yang andal di Jawa Tengah.
Menurutnya, wilayah Jawa Tengah memiliki potensi pasar gas yang besar dan masih bisa berkembang, di mana saat ini konsumen gas terkonsentrasi di kawasan industri yang telah ada.
"Untuk sumber pasokannya, PGN saat ini memiliki beberapa opsi sumber pasokan gas untuk Jawa Tengah seperti Jambaran Tiung Biru (JTB), Saka Muriah, dan LNG teluk Lamong," ungkapnya dalam keterangan resmi perusahaan, Jumat (16/04/2021).
Sebagai upaya mempercepat pembangunan proyek Pipa Transmisi Cirebon-Semarang ini, baru-baru ini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sampai turun tangan meminta kepada BPH Migas agar pengerjaan pipa ini menggunakan dana APBN.
Kabar tersebut tertuang di dalam surat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor T-133/MG.04/MEM.M/2021 tertanggal 1 April.
Dalam surat yang ditujukan kepada Kepala Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) disebutkan Kementerian ESDM memutuskan bahwa sesuai Pasal 3 dan Pasal 4 PP No. 36 Tahun 2004 bahwasannya untuk membangun pipa gas bumi ruas transmisi Cirebon-Semarang dilaksanakan dengan skema APBN.
Proyek ini mulanya akan digarap oleh PT Rekayasa Industri (Rekind) namun akhirnya mundur dari proyek. Lalu rencananya akan digarap oleh PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) sebagai pemenang lelang kedua.
Anggota Komite BPH Migas Jugi Prajogio mengatakan jika keputusan BPH Migas merupakan keputusan kolegial dan kolektif para Komite BPH Migas.
"Pak Kepala (BPH Migas) sedang mengupayakan komunikasi agar mendapatkan pemahaman yang sama dengan ESDM," ungkapnya kepada CNBC, Sabtu (10/04/2021).
