Bak 2 Sisi Mata Uang: Otomotif Berjaya, Hotel-Restoran Hancur

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
16 April 2021 10:15
Dealer Penjualan Mobil (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Dealer penjualan mobil (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki bulan Maret dan April 2021, sektorĀ otomotif kian menggeliat. Hal itu ditandai dengan peningkatan tajam penjualan mobil.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melaporkan total penjualan ritel mobil di bulan Maret mencapai 77.511 unit atau naik 39,4% (MoM) dibanding bulan Februari. Apabila membandingkan dengan volume penjualan Maret tahun lalu (YoY), terjadi peningkatan sebesar 22%.

Sementara jika melihat berdasarkan wholesales (pabrik ke dealer) melompat naik 72% dibandingkan Februari 2021. Pada Maret terjual 84.910 unit sedangkan Februari 49.202 unit.

Sedangkan secara tahunan ada kenaikan yang juga signifikan, dibandingkan Maret 2020. Ada kenaikan 10% dibandingkan Maret 2020 yang sempat hanya terjual 76.800 unit. Saat kondisi normal sebelum pandemi penjualan Maret 2019 tercatat sempat 90.368 unit.

Jika dilihat dari data penjualan wholesales, mobil dengan tipe 4x2 dan cc < 1.500 yang paling laris di kuartal pertama adalah Toyota Rush dengan total penjualan mencapai 12.717 unit. Kemudian di posisi kedua ada Toyota Avanza dengan total penjualan mencapai 12.124 unit.

Kemudian menyusul Rush dan Avanza ada produk Jepang lainnya, yaitu Mitsubishi Expander yang berhasil membukukan penjualan sebesar 9.940 unit sepanjang Januari-Maret 2021. Ketiga merek di atas menyumbang 47% dari total penjualan mobil kelas 4x2 cc wholesales.

Hal itu tentu jadi rekor tersendiri di mana penjualan mobil untuk kali pertama semenjak pandemi mengalami kenaikan secara tahunan maupun bulanan.

Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan, program relaksasi PPnBM telah mendukung peningkatan penjualan mobil pada Maret 2021.Relaksasi PPnBM telah dimulai pada 1 Maret khusus untuk mobil-mobil bermesin di bawah 1.500 cc dengan local purchase komponen setidaknya 70%. Pada tahap 1, yakni Maret-Mei 2021, pemerintah memotong kewajiban membayar PPnBM sampai 100%

Pada tahap 2 (Juni-September 2021) potongan 50%, dan tahap 3 (Oktober-Desember 2021) potongannya 25%. Kemudian pemerintah sudah memperluas relaksasi PPnBM untuk mobil-mobil 1.501-2.500 cc dengan local purchase minimal 60% mulai 1 April 2021.



Program relaksasi dari pemerintah itu kian membuat industri otomotif di atas angin. Sebaliknya, sektor lain seperti hotel-resto tidak banyak mengalami perubahan. Bahkan, makin banyak yang tutup akibat beragam pembatasan dan menurunnya daya beli masyarakat.

Kondisi ini menimbulkan tanda tanya mengenai bedanya perlakuan antara dua sektor tersebut. Ketika otomotif mendapat relaksasi pajak yang 'memanjakan' dan kian terbang, namun sektor hotel-resto sebaliknya. Aturan pembatasan dari pemerintah yang terjadi dalam satu tahun terakhir, hingga larangan mudik membuat sektor ini kian megap-megap.

Contoh konkretnya waralaba KFC di Indonesia yang sejak 2020 sempat menutup sementara gerai, pemotongan gaji pekerja, merumahkan pekerja, hingga keuangan yang rugi besar, sampai didemo pekerjanya.

Restoran lain pun sama, banyak yang gulung tikar. Pada September 2020 lalu, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) sempat membuat survei yang menyatakan jumlah restoran yang tutup permanen mencapai 1.100.

"Belum ada yang mau buka lagi, artinya sekarang prediksi saya sudah bertambah jadi 1.600-an lah restoran di mal dan luar mal se-Jakarta, keadaan seperti ini bukannya membaik tapi nggak ada pergerakan, sales nggak tumbuh, flat. Kuenya tambah kecil," kata Wakil Ketua PHRI bidang Restoran Emil Arifin kepada CNBC Indonesia, Kamis (15/4/2021).

Demi bisa bertahan, banyak pelaku usaha restoran yang akhirnya memilih menutup banyak gerai dan membuka sebagian restoran yang dinilai paling prospek.

"Ada beberapa teman awalnya punya 22 restoran, sekarang tinggal 11 restoran. Ada yang mulanya 25 restoran, sekarang 8 restoran, banyak yang menurunkan. Karena susah nggak ada pengunjungnya, menu dikurangi, orang atau pegawai juga dikurangi, nggak bisa kalau nggak dikurangi," kata Emil.

Nasib kurang beruntung juga terjadi di hotel. Sekretaris Jenderal Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan bahwa saat ini pelaku di industrinya sudah mati-matian dengan prediksi sektor pariwisata anjlok selama lima bulan.

"Masuk Januari okupansi hotel terjun ke 30%, tadinya meningkat 50% di Desember. Itu diperparah Februari dan Maret, minggu depan bulan puasa lalu lebaran, ini lima bulan lebih diproyeksikan sepi. Nggak ngerti lagi cara bertahan sementara susah cari napas sisa untuk bertahan," ujarnya.

Lima bulan awal sepi karena di awal tahun biasanya memang menjadi low season. Sebelum masa pandemi pun, pengusaha tidak terlalu berharap meningkatnya okupansi pada momen-momen ini

Gubernur Bali I Wayan Koster pekan lalu di hadapan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur BI Perry Warjiyo, Ketua OJK Wimboh Santoso dan para regulator lainnya mengemukakan bagaimana soal kondisi pariwisata Bali yang sangat terpuruk.

Pariwisata yang menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi di Bali, anjlok drastis karena tidak adanya wisatawan. Akibatnya produk domestik regional bruto (PDRB) Bali terkontraksi hingga -12,21% pada 2020.

"Ini paling buruk dalam sejarah. Terbesar dampaknya bagi Bali dan para pelaku usaha pariwisata dan pendukungnya," ujar Koster dalam acara "Sarasehan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional - Temu Stakeholders" di Bali, dikutip Jumat (16/4/2021).


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berdarah-Darah, 15% Penyewa Mal Tak Lanjutkan Sewa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular