
Berat Kalau RI Lanjutkan Proyek Jet Tempur KFX, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto melakukan kunjungan ke Korea Selatan dalam beberapa hari terakhir. Kunjungan itu seperti memberi sinyal bahwa Indonesia serius dalam pengembangan Korean Fighter Xperiment (KFX) dan Indonesia Fighter Xperiment (IFX). Namun, proyek yang sudah berjalan sejak pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu ternyata memiliki beberapa kendala.
Pengamat Militer, Connie Rahakundini Bakrie mengungkapkan bahwa masalahnya terletak pada beberapa aspek, mulai dari pendanaan hingga teknologi. Aspek terakhir menjadi sangat penting karena ternyata ada kaitannya dengan negara selain Korea Selatan.
"Kendalanya ini muncul karena terkait lisensi teknologi. Kita mesti tahu Korea kerjasamanya dengan Korea Aerospace Industry, yang kerjasamanya dengan Lockheed Martin, jadi kerjasamanya dengan AS," kata Connie kepada CNBC Indonesia, Jumat (9/4/21).
Dalam kerjasama pengembangan KFX/IFX, ada beberapa pihak yang terlibat, baik Indonesia yang menanggung 20% pembiayaan, Korea Aerospace Industry (KAI) juga sama sebesar 20%, serta Pemerintah Korsel juga sebesar 60%. Meski terlihat hanya tiga pihak, namun ternyata AS juga ikut menyelinap lewat kerjasamanya dengan KAI.
"Ada beberapa hal yang dianggap core teknologi dan menjadi penting. Misalnya infrared search and track, electric optical targeting, baru kemudian radar. Permasalahannya beberapa core teknologi ini tidak mau diberikan AS ke Indonesia karena Indonesia harus mengikuti persyaratan dari AS, yaitu Defence Technology Security System atau DTSS," sebut Connie.
"DTSS itu AS ingin tahu ketika kita punya komitmen menjalani kerjasama ini knowledge atau teknologi yang kita peroleh, nggak boleh kita share dengan orang lain alias diamankan dari orang lain," lanjutnya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Taksiran Harga Jet Tempur KFX yang Bikin Geger RI-Korsel