Internasional

Turki Panggil Dubes China, Erdogan & Xi Jinping Kenapa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
07 April 2021 09:50
Turkish President Recep Tayyip Erdogan speaks to reporters before departing for a visit to Ukraine, in Istanbul, Monday, Feb. 3, 2020. Turkey hit targets in northern Syria, responding to shelling by Syrian government forces that killed at least four Turkish soldiers, the Turkish president said Monday. A Syrian war monitor said six Syrian troops were also killed.(Presidential Press Service via AP, Pool)
Foto: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan (Presidential Press Service via AP, Pool)

Jakarta, CNBC Indonesia - Turki memanggil duta besar (dubes) China, Selasa (6/4/2021). Liu Shaobin dipanggil oleh kementerian luar negeri pemerintahan Presiden Erdogan setelah mengecam dua politisi Ankara.

Melansir AFP, inii terkait tudingan soal tindakan keras Beijing terhadap Muslim Uighur di Xinjiang. Perwakilan China itu, berkomentar keras menanggapi pernyataan pejabat partai Turki, Meral Aksener dan Wali Kota Ankara Mansur Yavas.

Sebelumnya, Kedutaan Besar China mengatakan pihaknya mengutuk keras tweet kedua orang tersebut karena memosting tweet yang memperingati konflik mematikan April 1990. Saat itu terjadi insiden antara kelompok pembebasan Uighur dan pasukan pemerintah China.

Kisah peristiwa itu memang bervariasi. Tetapi sebagian meyakini China melakukan penangkapan massal terhadap kelompok tersebut, yang membuat puluhan ribu di antaranya mengungsi di Turki.

"China menentang dengan tekad untuk setiap tantangan oleh individu atau kekuatan apapun terhadap kedaulatan dan integritas teritorialnya," kata Kedutaan China, menandai akun Twitter Aksener dan Yavas.

Aksener merupakan bagian dari oposisi sayap kanan Erdogan. Dalam cuitannya, ia berujar Turki akan berjuang untuk kemerdekaan mutlak dari republik yang memproklamasikan diri Uighur di Turkistan Timur.

"Tidak akan tinggal diam terhadap penindasan (Uighur)," tulisnya.

Sementara Yavas, yang merupakan anggota terkemuka dari partai oposisi utama CHP juga menulis hal serupa. "merasakan sakitnya pembantaian di Turkestan Timur seolah-olah terjadi hari ini," ujarnya.

Dalam laporannya tahun 1990, Amnesty International menyatakan protes dan kerusuhan yang dilaporkan dipimpin oleh anggota kelompok nasionalis Islam di China mengakibatkan banyak kematian. Kelompok hak asasi percaya setidaknya satu juta orang Uighur dan sebagian besar minoritas Muslim lainnya telah ditahan di kamp-kamp yang tersebar di wilayah Xinjiang barat laut China.

Turki memiliki ikatan budaya dengan Uighur. Ini menjadikannya sebagai tempat pelarian sejumlah warga.

Belum ada komentar balasan dari China mengenai ini. Sebelumnya China memang mengutarakan bahwa kejadian pembantaian di Xinjiang tidak benar dan hubungan pemerintah dengan etnis di sana sangat harmonis.

Saat ini, secara ekonomi Ankara menerima peningkatan investasi dari China. Diplomasi dari Negeri Presiden Xi Jinping semakin kuat dengan akses vaksin virus corona dari perusahaan China.

Bulan lalu, ratusan warga Uighur berunjuk rasa di Istanbul untuk memprotes kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi. Ia melakukan pertemuan dengan Erdogan dan pejabat Turk di Ankara.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Xi Jinping Shock, Kirim Pesan Khusus ke Erdogan, Kenapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular