WHO 'Sentil' Vaksinasi Covid-19 di Eropa yang Lelet Bak Siput

News - Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
01 April 2021 20:14
The logo of the World Health Organization is seen at the WHO headquarters in Geneva, Switzerland, Thursday, June 11, 2009. The World Health Organization held an emergency swine flu meeting Thursday and was likely to declare the first flu pandemic in 41 years as infections climbed in the United States, Europe, Australia, South America and elsewhere. (AP Photo/Anja Niedringhaus) Foto: Logo World Health Organization (WHO) (AP Photo/Anja Niedringhaus)

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengecam peluncuran vaksin di Eropa yang sangat lambat. Kondisi ini dapat memperpanjang pandemi karena kawasan tersebut memiliki lonjakan infeksi Covid-19 yang signifikan.

"Vaksin memberikan jalan keluar terbaik kami dari pandemi ini ... Namun, peluncuran vaksin ini sangat lambat," kata direktur WHO untuk Eropa Hans Kluge dalam sebuah pernyataan pada Kamis (31/4/2021), dikutip dari AFP.

"Kita harus mempercepat proses dengan meningkatkan produksi, mengurangi hambatan dalam pemberian vaksin, dan menggunakan setiap botol yang kita miliki sekarang," katanya.

Data WHO menunjukkan hingga saat ini, hanya 10% dari total populasi di Eropa yang telah menerima satu dosis vaksin, dan 4% telah menyelesaikan rangkaian vaksin lengkap. Padahal wilayah Eropa WHO terdiri dari 53 negara dan teritori dan termasuk Rusia dan beberapa negara Asia Tengah.

WHO juga mengatakan peluncuran yang lambat itu dapat memperpanjang pandemi karena situasi pandemi di Eropa "lebih mengkhawatirkan daripada yang telah kita lihat dalam beberapa bulan."

Lima minggu lalu, jumlah mingguan kasus baru di Eropa telah turun menjadi di bawah satu juta, tetapi "minggu lalu terlihat peningkatan penularan Covid-19 di sebagian besar negara di kawasan Eropa WHO, dengan 1,6 juta kasus baru," ujar Kluge.

"(Jumlah total kematian di Eropa) dengan cepat mendekati satu juta dan jumlah total kasus akan melampaui 45 juta," lanjutnya, mencatat bahwa Eropa adalah kawasan yang paling terkena dampak kedua setelah Amerika.

WHO mengatakan varian virus Inggris sekarang menjadi yang dominan di Eropa, dan hadir di 50 negara. Varian ini lebih mudah menular dan meningkatkan risiko bagi masyarakat. Maka diperlukan tindakan, termasuk memperbanyak pengujian, isolasi, pelacakan kontak, karantina, dan pengurutan genetik.

Sementara itu, WHO mengatakan aturan penguncian (lockdown) harus dihindari dengan intervensi kesehatan masyarakat yang tepat waktu dan terarah, tetapi tetap harus digunakan ketika angka infeksi melampaui kemampuan layanan kesehatan untuk merawat pasien secara memadai.

Dikatakan 27 negara di kawasan Eropa berada dalam lockdown nasional sebagian atau penuh, dengan 21 negara sudah memberlakukan jam malam.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Polemik Target Penerima Vaksin Covid-19


(hoi/hoi)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading