Kasus Covid-19 Melandai, Angin Segar Bagi Ekonomi RI

dob, CNBC Indonesia
01 April 2021 16:50
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook dengan tema
Foto: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook dengan tema " Menuju Pemulihan Ekonomi Indonesia 2021". (Tangkapan layar CNBC TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi menjadi problem paling fundamental menggerogoti perekonomian semua negara di dunia, termasuk Indonesia. Covid-19 merupakan virus paling anti-pertumbuhan ekonomi karena ketiadaan vaksin dan pengobatan efektif membuat aktivitas sosial dan ekonomi menjadi sarana penyebaran virus mematikan ini.

Pengendaliannya pun berkonsekuensi besar pada aktivitas ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Jika karantina wilayah (lockdown) diberlakukan secara penuh di kota-kota besar Indonesia-seperti halnya yang diberlakukan di Wuhan, China, aktivitas ekonomi dipastikan terhenti dan masyarakat di bawah garis kemiskinan berpeluang menjadi korban.

Menurut data Worldometers, Indonesia masih berada di posisi 20 besar negara dengan total temuan kasus Covid-19 yang terbanyak. Per 23 Maret, ada 1,47 juta orang warga Indonesia yang terinfeksi virus ini. Jumlah kematian sebanyak 39.865 orang, sedangkan jumlah penyintas mencapai 1,3 juta orang.

Meski demikian, jika bicara tren maka Indonesia menjadi salah satu negara yang mencetak laju pertumbuhan kasus yang tengah menurun, manakala beberapa negara maju justru mencetak kenaikan kasus dan mewaspadai gelombang ketiga seperti misalnya Prancis dan Jerman.

Tren perlandaian tersebut tidak bisa dilepaskan dari upaya pemerintah menekan laju penyebaran virus, dengan dampak seminimal mungkin terhadap aktivitas perekonomian. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dijalankan, yang kemudian disempurnakan menjadi Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) skala mikro per 9 Februari 2020.

Semua program tersebut diramu oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN)-yang diketuai oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Jika tahun lalu penanganan Covid-19 lebih diarahkan pada pencegahan penyebaran virus dan penanganan pasien, maka tahun ini laju akselerasi lebih ditekankan pada program vaksinasi.

Kabar baiknya, vaksinasi di Indonesia dijalankan dengan laju yang tercepat kedua di Asia Tenggara, setelah Singapura-yang jumlah penduduknya hanya 7 juta orang, masih lebih sedikit ketimbang populasi Jakarta. Hal ini menunjukkan program vaksinasi secara efektif dijalankan, meski Indonesia merupakan negara berpopulasi terpadat di Asia Tenggara.

Kemajuan vaksinasi ini merupakan catatan khusus yang mesti diapresiasi. Pasalnya, kegagalan vaksinasi merupakan risiko besar yang menghantui kesehatan dunia, bahkan sejak sebelum pandemi. Lihat saja gerakan anti vaksin yang bermunculan baik di Barat maupun Timur dunia.

Dalam laporan berjudul "Ten Threats to Global Health in 2019", Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menyebutkan 'keraguan vaksinasi' sebagai salah satu ancaman global, setara dengan ancaman perubahan iklim dan pandemi flu-yang terbukti menyerang pada 2020.

Ketika vaksinasi berjalan cepat di negara seperti Indonesia (berpopulasi padat dengan porsi konsumsi besar di PDB), kian terbuka peluang pemulihan ekonomi nasional yang lebih cepat dibandingkan dengan negara lain-minimal di Asia Tenggara. Sebagaimana diketahui, vaksin adalah kunci untuk keluar dari pandemi.

Sepanjang dan seketat apapun lockdown tak bakal mengakhiri pandemi, selama belum ada vaksin untuk menetralisir virus. Sebaliknya, ketika tim di bawah komando Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sukses menjalankan vaksinasi, maka lockdown tak lagi relevan dan aktivitas masyarakat bakal berjalan normal kembali.

Selain kabar baik karena kasus yang melandai, akhirnya teka-teki seputar kurva pemulihan ekonomi Indonesia berpeluang terjawab dilihat dari pertumbuhan ekonomi 2021 cenderung berbentuk kurva V, menyusul membaiknya indikator perekonomian dan kemajuan penanganan pandemi.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis bahwa pemulihan terus berjalan sehingga target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% bakal dicapai.

"Berbagai lembaga internasional baik Bank Dunia, OECD (Organisasi untuk Kerja Sama dan Pertumbuhan Ekonomi/Organization for Economic Cooperation and Development), ADB (Bank Pembangunan Asia/Asian Development Bank) dan IMF (Dana Moneter Internasional/ International Monetary Fund) memproyeksikan pertumbuhan Indonesia di level 4-4,8%, sejalan dengan target pemerintah 4,5-5,5%," tuturnya.

Optimisme itu mengindikasikan bahwa pemerintah yakin ekonomi akan berbalik positif tahun ini atau membentuk kurva pemulihan ekonomi berbentuk V. Tidak heran sebab pemerintah sejak 2020 menjalankan program untuk menggenjot mesin ekonomi, dengan memberikan berbagai insentif bagi pelaku usaha, dan terus melakukan upaya untuk menekan penyebaran virus melalui pembatasan sosial.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular