Genjot Konsumsi Jadi Kunci Ekonomi Tumbuh 5% di 2021

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
01 April 2021 14:15
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam Acara Konferensi Pers
Foto: Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam Acara Konferensi Pers "Pembukaan Gelombang Ke-12 Kartu Prakerja". (Tangkapan Layar Youtube PerekonomianRI)

Jakarta, CNBC Indonesia - Insentif pajak yang diberikan pemerintah mulai dari pembelian rumah dan mobil mendapatkan sambutan positif dari pelaku usaha dan masyarakat. Salah satu tercermin dari survei Rumah.com yang menyebut bahwa pencarian hunian naik usai relaksasi pajak, suku bunga rendah, PPn 0% hingga uang muka 0%.

Country Manager Rumah.com Marine Novita mengatakan, properti yang saat ini diburu adalah rumah tapak (84%), tanah (13%) dan apartemen (3%). "Para pencari properti meningkat karena konsumen jadi lebih optimistis... Merupakan tertinggi dalam 3 tahun terakhir," tuturnya.

Survei lainnya juga menyiratkan hal yang sama. Sebagaimana survey Lembaga Survei KedaiKOPI menemukan dukungan publik atas kebijakan insentif pajak mobil. Survei mereka mengenai persepsi ats relaksasi PPnBM terhadap 800 responden menyebutkan 74,9% menilai kebijakan itu adil dan 77,6% menyatakan menyetujui.

Di lapangan, agen tunggal pemegang merek (ATPM) kompak melaporkan peningkatan permintaan. Marketing Director PT Toyota Astra Motor Anton Jimmy menyebutkan sejak 1-8 Maret, total surat pembelian kendaraan (SPK) yang dikeluarkan naik 94-155% secara bulanan.

Peningkatan SPK juga terjadi pada penjualan mobil Honda yang mengalami kenaikan penjualan sekitar 40-60%, sebagaimana dituturkan oleh Business Innovation and Sales & Marketing PT Honda Prospect Motor Yusak Billy.

Daihatsu juga mencatatkan kenaikan pembelian model yang mendapatkan insentif. nilai lonjakan tersebut, menurut Marketing and Customer Relation Division Head PT Astra International Daihatsu Sales Operation Hendrayadi, berkisar 20-40%.

PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) mengklaim selama 4 hari berlakunya relaksasi PPnBM, permintaan mobil Suzuki naik 100% secara bulanan. Peningkatan penjualan juga disampaikan oleh PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales (MMKSI) meski dalam tingkat lebih rendah.

Sejauh mana pertumbuhan pembelian rumah dan mobil membantu menggenjot perekonomian? Jawabannya bisa ditemukan dari data Badan Pusat Statistik (BPS), mengenai porsi setiap lapangan usaha yang terdampak oleh insentif tersebut terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Ada tiga sektor yang mendapatkan efek langsung dari gairah pembelian properti dan otomotif. Pertama, sektor manufaktur (otomotif); kedua, sektor perdagangan (otomotif); dan ketiga, sektor perumahan (real estate). Satu lagi yang terimbas secara tak langsung adalah sektor keuangan (bank, asuransi, dan multifinance).

Mengacu pada porsi pembentukan keempat lapangan usaha tersebut, khususnya sektor otomotif dan real estate, Tim Riset CNBC Indonesia mencatat ketiganya menyumbang 6,7% PDB nasional, nyaris sepersepuluh produk barang dan jasa yang tercipta di perekonomian, pada 2020. Estimasi ini belum memasukkan efek berantai (multiplier effect) ke sektor lain.

Jika sektor keuangan ditambahkan, maka ada tambahan porsi sekitar 1,7% (dari total kontribusi sektor keuangan sebesar 4,3% ke PDB). Pasalnya, sektor properti dan otomotif di kredit, pembiayaan dan perasuransian berkisar 40% dari total kontribusi sektor keuangan.

Di perbankan, Kredit Pemilikan Mobil (KPM), Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) dan kredit multiguna (perlengkapan rumah tangga) menyumbang sepertiga (28%) kredit perbankan 2020.

Di asuransi, polis asuransi harta benda dan mobil mendominasi penjualan asuransi nasional, dengan kontribusi sebesar 45,9% (menurut Asosiasi Asuransi Umum Indonesia/AAUI per 2020). Di multifinance, leasing mobil menyumbang 74% pembiayaan di industri tersebut (menurut Fitch Ratings, per 2019).

Berkaca dari hal tersebut, pemerintah yakin ekonomi akan berbalik positif tahun ini atau membentuk kurva pemulihan ekonomi berbentuk V. Tidak heran sebab pemerintah sejak 2020 menjalankan program untuk menggenjot mesin ekonomi, dengan memberikan berbagai insentif bagi pelaku usaha, sembari menekan penyebaran virus melalui pembatasan sosial.

Selanjutnya, mulai awal tahun 2021, insentif pelaku usaha, bantuan sosial, dan penanganan medis pandemi tetap dipertahankan. Namun fokus penyelamatan ekonomi agak berbeda. Jika tahun lalu pemerintah lebih fokus dengan restrukturisasi kredit-utamanya bagi sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), maka tahun ini prioritas bergeser pada stimulus untuk belanja masyarakat.

Dalam perhitungan kasar, sektor properti dan otomotif yang mendapatkan insentif PEN menyumbang 8,4% PDB. Jika memasukkan efek berantai keduanya terhadap kenaikan permintaan sektor lain (konstruksi, utilitas gas dan air, kelistrikan, industri furnitur, hingga barang listrik) maka kontribusi tersebut bakal lebih besar lagi.

Sebagai catatan, sektor properti saja memiliki 174 industri pendukung (mulai dari kabel, besi, furnitur, hingga pasir) sehingga insentif properti dan otomotif bakal memiliki multiplier effect luas, setidaknya dua kali lipat dari porsi mereka ke PDB, atau menjadi 16,8% (dari PDB) atau sekitar seperlima dari PDB.

Dengan demikian, jika ekonomi tahun ini tumbuh 5%, maka besar peluang 1% di antaranya disumbangkan oleh sektor properti dan otomotif yang bergairah berkat insentif tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Menteri (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang optimistis bahwa pemulihan terus berjalan sehingga target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% bakal dicapai.

"Secara langsung kita melihat bisa menambahkan pertumbuhan 0,9% sampai 1% dengan multiplier effect-nya," tutur Airlangga.

Simak riset selengkapnya >>>> Ini Alasan Ekonomi RI Bakal Pulih dengan Kurva V Tahun Ini


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Airlangga Klaim Covid-19 Terkendali & Ekonomi Kian Pulih

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular