Buruknya Perencanaan, 100 Anjungan Migas RI Stop Operasi

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
29 March 2021 18:15
PHE WMO operasikan kembali anjungan PHE 12. (Dok. Pertamina Hulu Energi)
Foto: PHE WMO operasikan kembali anjungan PHE 12. (Dok. Pertamina Hulu Energi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat ada 100 anjungan migas lepas pantai Indonesia berhenti beroperasi akibat tidak adanya perencanaan yang baik saat pembangunannya.

Presiden Indonesia Petroleum Association (2018-2019), Tumbur Parlindungan mengatakan penghentian operasi 100 anjungan migas ini bersifat sementara dan lebih terkait nilai keekonomian seiring dengan rendahnya harga komoditas minyak.

Selain itu 100 anjungan tersebut tidak sepenuhnya menganggur melainkan karena aktivitas eksplorasi nya yang minim, padahal untuk menemukan sumber baru diperlukan eksplorasi yang lebih aktif. Namun saat harga minyak kembali naik diharapkan ada investor yang tertarik untuk kembali melakukan eksplorasi di anjungan tersebut.

"Waktu dibuat platform itu kan diprediksi produksinya tinggi 1.500-2.000 barel per day dengan harga US$ 50 per barel. Ketika pandemi harga minyak turun sampai US$ 20 per barel, masa produksi dengan negatif cash flow," kata Tumbur kepada CNBC Indonesia, Senin (29/03/2021).

Jika harga kembali naik, permintaan semakin tinggi dan harga ekonomis baru di produksi kembali normal. Di masa ini menurutnya wajar jika operasi dihentikan dulu. Yang harus dikelola adalah aktivitas eksplorasi agar platform tersebut bisa digunakan untuk memproduksi dan menciptakan nilai tambah.

"Jadi karena berkurangnya aktivitas eksplorasi sehingga mengaturnya lebih lama, itu penyebabnya. Produksi sudah turun harga minyak rendah tidak ada tambahan volume baru dan tidak ekonomis. Kompleks ekosistemnya pun tidak terbentuk dengan," katanya.

Dia menambahkan, jika salah satu anjungan masih dalam kontrak, bisa didorong operatornya untuk eksplorasi sehingga platformnya bisa digunakan untuk mempercepat penemuan hingga ke produksi. Dia menegaskan jika permintaan sudah kembali dan sektor kesehatan sudah kembali normal maka produksi minyak pun bisa kembali terkerek.

"Tunggu saja sampai pandemi selesai demand balik lagi. Ya kembali kesehatan kita betulkan dulu lainnya baru ada domino efek nya kita tunggu aja dari hasil kajian yang ada," ujar Tumbur.


(yun/yun)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! 100 Anjungan Migas RI Nganggur, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular