
Terungkap Pemicu Centro Sampai Giant Ramai-Ramai Tutup Gerai

Jakarta, CNBC Indonesia - Peritel besar tidak kuasa menahan himpitan pandemi, tercatat banyak ritel besar yang tutup, terbaru dua retail fashion Centro di Yogyakarta juga Bintaro. Sebelumnya beberapa gerai Giant juga tutup, mulai dari Margo City Depok, Jawa Barat hingga Giant Kalibata Jakarta Selatan.
Begitu juga dengan Matahari Departemen Store yang berencana menutup 6 gerai tahun ini. Juga Ramayana menutup 13 gerai dari Maret 2020 lalu.
Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah mengatakan peritel besar memang kesusahan untuk bertahan di masa pandemi. Sehingga banyak yang menutup gerai karena mahalnya biaya operasional.
"Tadi yang disebutkan Centro dan Giant itu adalah big format. Kalau big format memang makin besar retail makin sulit karena kondisi tahun lalu belum bisa berproduksi maksimal sehingga tingkat traffic menurun, cost sewa mahal," jelasnya di program Closing Bell CNBC Indonesia, Kamis (25/3/2021).
Pelonggaran aturan PPKM Mikro terkait jam buka pusat perbelanjaan cukup meningkatkan kedatangan pengunjung di mal. Budi mengatakan pada saat weekend traffic ke mal meningkat Maret dibandingkan bulan sebelumnya.
"Kita berterima kasih pemerintah mau dengar pelaku usaha jam buka sampai 21.00, nuansanya sekarang cukup positif konsumen mulai ada keyakinan," jelasnya.
Budi menjelaskan cash flow pelaku ritel tidak lagi seperti sebelum pandemi. Pemasukan tidak bisa didapat setiap hari, hanya hari-hari tertentu ada pembelian. Sehingga pendapatannya menurun 50%-80% itu membuat strategi jangka pendek berantakan. Makanya masih dibutuhkan bantuan likuiditas dari pemerintah.
Dari sisi pembiayaan saat ini pelaku ritel sudah dapat merasakan rendahnya bunga cicilan kredit berusaha, juga penundaan bayar cicilan. Terakhir di bulan ini. Budi mengatakan OJK akan menerbitkan surat lagi mengenai insentif ini berlaku hingga setahun lagi.
"Sehingga beban pinjaman dan bunga bisa ditangguhkan untuk mempertahankan bisnis inti," jelas Budi.
Budi juga bicara soal insentif subsidi gaji karyawan, juga perpajakan lainnya. Dia meminta keringanan PPN juga pajak final sewa 4 ayat 2. Selain itu vaksinasi karyawan ritel juga diminta agar bisa dipercepat.
"Ini mengurangi biaya kami, baik dari biaya swab, dan konsumen juga bisa yakin untuk berbelanja," jelasnya.
Berharap dari Lebaran
Momentum puasa dan lebaran diharapkan dapat meningkatkan konsumsi masyarakat. Sehingga pendapatan dari ritel bisa terangkat sedikit di masa pandemi ini.
"Lebaran dan Puasa itu setiap tahun momentum besar bagi pedagang ritel untuk berjualan. Mau dari pedagang makanan, baju, sepatu elektronik, momen puasa lebaran harus dijaga untuk pemulihan ekonomi," katanya.
Melihat tahun lalu ada pembatasan dari pemerintah. Budi berharap tahun ini kepercayaan konsumen juga meningkat dari adanya vaksinasi, sehingga peritel bisa melakukan investasi. Tapi Peritel belum berani ambil ancang - ancang untuk menambah stok barang.
"Kalau ada pesanan barang takutnya tidak bisa terpenuhi, karena serba salah cash flow terganggu untuk melakukan penyetokan," jelas Budi.
Makanya diminta kepada Pemerintah/perbankan juga membantu dari sisi permodalan pengadaan barang. Supaya pada saat lebaran peritel dapat memenuhi kebutuhan yang ada.
Budi menjelaskan dari sisi pembiayaan saat ini pelaku ritel sudah dapat merasakan rendahnya bunga cicilan kredit berusaha, juga penundaan bayar cicilan. Terakhir di bulan ini. Budi mengatakan OJK akan menerbitkan surat lagi mengenai insentif ini berlaku hingga setahun lagi.
"Sehingga beban pinjaman dan bunga bisa ditangguhkan untuk mempertahankan bisnis inti," jelas Budi.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Gerai Giant-Centro Terpaksa Tutup Kehabisan Napas!