Kasus Covid-19 Melandai, Kenapa Risiko Kematian Masih Tinggi?

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
15 March 2021 19:12
Pemakaman COVID-19 di TPU Srengseng Sawah Dua, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Selasa, (2/3/2021). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pemakaman COVID-19 di TPU Srengseng Sawah Dua, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Selasa, (2/3/2021). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia- Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Brigjen TNI (Purn) dr. Alexander K. Ginting menyatakan angka kematian akibat Covid-19 masih cukup tinggi dan mengkhawatirkan. Saat ini angka kematian didominasi oleh kelompok masyarakat yang memiliki penyakit penyerta dan kelompok lanjut usia.

"Covid-19 ini akan meningkatkan mortalitas pada mereka yang punya komorbid. Virus ini sering dicermati agak telat, artinya ada gejala baru ada tindakan, saat datang ke RS sudah ke fase dua dan sudah ada pneunomia," kata Alexander, Senin (15/03/2021).

Saat ini angka kematian di Indonesia masih di kisaran 2,7% dan masih cukup tinggi. Dia mengatakan dari sisi pemerintah telah menyiapkan fasilitas dan obat-obatan, hanya saja diperlukan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan dirinya dan tidak menunggu kondisinya parah baru memeriksakan dirinya.

Satgas Penanganan Covid-19 saat ini juga gencar melakukan edukasi agar masyarakat menyadari gejala Covid-19 yang biasanya dialami oleh penderita. Kemudian masyarakat menurutnya harus sadar apakah melakukan kontak erat dengan pasien positif di lingkungannya.

"Obat-obatan yang disediakan pemerintah sudah cukup. Satgas juga sudah melakukan pelatihan pada dokter, pemrintah sudah siapkan infrastruktur dan satgas sudah melakukan pelatihan. Morbiditas naik angka kematian naik, karena telatnya masuk rumah sakit krn kelalaian dan ada komorbid," ujarnya.

Alexander menegaskan selain upaya 3M dan 3T, pemerintah juga gencar melakukan vaksinasi kepada kelompok dengan risiko tinggi seperti tenaga kesehatan, tenaga pelayanan publik, dan kelompok lanjut usia.

"Tapi perlu diingat vaksinasi bukan menghentikan infeksi, sehingga walaupun divaksin tetap harus jaga jarak, cuci tangan, dan pake masker. Vaksin hanya untuk meningkatkan imunitas," kata Alexander.

Selain itu dalam pembentukan imun setelah vaksinasi, menurutnya faktor individual berpengaruh. Dia menegaskan risiko terinfeksi tetap terbuka meski sudah mendapatkan vaksin, sehingga tetap harus melakukan upaya protokol kesehatan.

"Sudah disuntik bukan berarti kita langsung kuat butuh waktu, dan prosesnya terjadi 4 minggu pada mereka yang metabolismenya normal. Vaksinasi meningkatkan imunitas individual, ada faktor umur penyakit penyerta termasuk gizi," kata dia.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular