Neraca Dagang Surplus, Tapi Impor Mulai Meroket!

Tirta Citradi & Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 March 2021 12:07
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (10/2/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (10/2/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus di bulan Februari. Aktivitas perdagangan terlihat mulai membaik dengan adanya kenaikan ekspor maupun impor.

Ekspor Februari tercatat mencapai US$ 15,26 miliar atau tumbuh 8,56% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ekspor tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsensus yang dihimpun dari 9 lembaga riset dan institusi keuangan di angka 6,75%.

Selain ekspor, impor juga melesat tajam. Impor Indonesia bulan kedua tahun 2021 tercatat mencapai 13,26 miliar atau naik 14,86% (yoy). Kenaikan impor juga jauh lebih tinggi dari perkiraan pasar yang hanya 11,85% (yoy) saja. Dengan begitu neraca dagang surplus US$ 2 miliar atau lebih rendah dari konsensus di US$ 2,14 miliar. 

Kenaikan ekspor bukanlah hal yang mengagetkan. Sejak November 2020, ekspor selalu tumbuh positif. Bahkan pada Desember 2020 dan Januari 2021 laju pertumbuhannya mencapai belasan persen.

Kenaikan harga dan permintaan terhadap komoditas menjadi penyumbang utama penguatan ekspor bulan Februari. Ekspor non-migas menjadi pendongkrak utama kinerja ekspor Indonesia.

Ekspor migas tercatat naik 6,9% (yoy) seiring dengan kenaikan harga minyak mentah terutama yang naik ke kisaran US$ 65 - US$ 70/barel membuat harga minyak Indonesia (ICP)juga terkerek.

ICP pada Januari dipatok di US$ 53,17/barel. Pada Februari, harga ICP naik 13,52% (mom) menjadi US$ 60,36/barel. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu harga ICP telah naik 6,62% (yoy).

Ekspor non-migas yang nilainya lebih besar juga naik 8,67% (yoy). Ada beberapa komoditas yang harganya tercatat naik ada secara bulanan seperti minyak kelapa sawit dan timah. Sebaliknya ada beberapa komoditas non-migas mengalami penurunan di Januari ke Februari 2021, yaitu batubara, minyak kernel, dan emas.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada lima produk ekspor non-migas yang mengalami kenaikan pesat. Produk tersebut antara lain besi dan baja (HS 72), bahan bakar mineral (HS 27), kendaraan dan bagiannya (HS 87), logam mulia dan perhiasan (HS 71) dan bahan kimia organik (HS 29).

Kelima produk tersebut berkontribusi terhadap peningkatan ekspor di bulan Februari 2021 sebesar US$ 549,2 juta. 

Beralih ke impor, tidak seperti biasanya, impor bulan Februari menjadi sorotan banyak pihak. BPS mencatat impor di bulan lalu mencapai US$ 13,26 miliar atau naik hampir 15% (yoy).

Berbeda dengan ekspor, impor migas Indonesia tercatat anjlok 25% (yoy) di bulan Februari seiring dengan masih rendahnya permintaan terhadap bahan bakar dan mobilitas penduduk yang masih terbatas. 

Namun impor non-migas yang menyumbang sebagian besar total impor Tanah Air justru mengalami kenaikan yang fantastis yaitu mencapai 22% (yoy) bulan lalu. Kenaikan impor produk-produk manufaktur menjadi salah satu pendorong peningkatan impor ke dalam negeri. 

Dalam keterangan BPS ada lima produk yang mengalami kenaikan impor ke Tanah Air di antaranya adalah mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85), ampas atau sisa makanan (HS 23), gula dan kembang gula (HS 17), perangkat optik, fotografi, sinematografi, medis (HS 90) dan serealia (HS 10).

Kelima produk impor tersebut menyumbang kenaikan impor di bulan lalu sebesar US$ 495 juta. 

Apa yang membuat impor akhirnya tumbuh positif? Apakah permintaan domestik mulai menggeliat, atau hanya karena basis yang rendah tahun lalu (low base effect)?
Sepertinya dua-duanya. Melihat data Purchasing Managers' Index (PMI), dunia usaha mengaku mulai meningkatkan pembelian bahan baku untuk proses produksi di dalam negeri.

"Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) masih mengganggu operasional perusahaan di Indonesia. Namun sektor manufaktur sepertinya tetap tegar (resilient), di mana produksi masih tumbuh. Penciptaan lapangan kerja juga semakin mengarah ke kondisi normal. Meski pandemi masih menjadi risiko, tetapi perusahaan optimistis terhadap prospek ke depan karena ada harapan pandemi bisa diakhiri," papar Andrew Harker, Economics Director IHS Markit, seperti dikutip dari keterangan tertulis.

IHS Markit mencatat produksi manufaktur Tanah Air naik empat bulan beruntun. Ini karena permintaan baru (new orders) meningkat sehingga dunia usaha merespons dengan menggenjot produksi.

"Perbaikan ini mendorong dunia usaha untuk meningkatkan pembelian bahan baku dan memperlambat laju pengurangan karyawan. Bahkan pembelian bahan baku meningkat ke laju tercepat sejak Mei 2019," sebut keterangan tertulis IHS Markit.

So, memang ada gejala bahwa permintaan domestik mulai bangkit sehingga impor (yang didominasi bahan baku) terangkat. Ini tentu menjadi sinyal positif bahwa pemulihan ekonomi Indonesia berada di jalur yang benar.

Tingginya impor bahan baku menunjukkan bahwa industri dalam negeri sudah siap memproduksi kebutuhan domestik. Jika produksi industri Tanah Air meningkat, maka impor barang konsumsi bisa ditekan, sesuatu yang dicita-citakan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Namun ada kemungkinan kedua. Bisa jadi lonjakan impor terjadi karena tahun lalu angkanya sangat rendah. Ingat, Maret 2020 adalah masa-masa awal pandemi. Kala itu, Indonesia dan hampir seluruh negara berlomba-lomba menutup diri dengan kebijakan pembatasan sosial (social distancing). Dunia seakan 'mati suri'.

Pada Februari 2020, nilai impor Indonesia adalah US$ 11,55 miliar, terendah sejak Juni 2019. Jadi untuk mengungguli pencapaian itu sepertinya tidak terlalu sulit.

"Basis Februari 2020 sangat rendah. Oleh karena itu, kami memperkirakan nilai impor Februari 2021 kurang lebih sama dengan bulan sebelumnya, itu sudah cukup untuk mencatatkan pertumbuhan positif secara YoY," sebut Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset, dalam risetnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Top! Ekspor November RI Tertinggi Selama 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular