
Awas Jazirah Arab Goyang, AS Mau Balas Dendam Serangan Irak

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) yang dipimpin oleh Presiden Joe Biden menyatakan siap untuk menyerang pihak-pihak yang terlibat dalam sebuah serangan ke pangkalan militer AS di Irak beberapa waktu lalu.
Dilansir CNBC International melalui Menteri Pertahanan Lloyd Austin, Washington menyatakan pihak-pihak yang terlibat akan diminta pertanggungjawaban.
"Pesan bagi mereka yang akan melakukan serangan seperti itu adalah mengharapkan kami melakukan apa yang diperlukan untuk membela diri," kata Austin dalam wawancara dengan ABC yang disiarkan pada hari Minggu (8/3/2021)
"Kami akan menyerang jika itu yang menurut kami perlu. Kami akan lakukan pada waktu dan tempat yang kami pilih sendiri. Kami menuntut hak untuk melindungi pasukan kami," katanya lagi.
Pada saat ditanya spesifik mengenai keterlibatan Iran, Austin menyatakan bahwa AS siap berhadapan dengan siapapun, termasuk pihak Teheran, untuk melindungi kepentingan Amerika dan AS di wilayah tersebut.
"Apa yang mereka [Iran] harus ambil dari ini, sekali lagi, adalah bahwa kami akan mempertahankan pasukan kami dan tanggapan kami akan bijaksana. Ini akan sesuai," ucapnya.
"Kami berharap mereka akan memilih untuk melakukan hal yang benar," tambahnya.
Pada hari Minggu, Komando Pusat militer AS, yang mengawasi perang di Timur Tengah, menerbangkan pengerahan bomber keempatnya ke wilayah tersebut.
Misi unjuk kekuatan termasuk dua pembom B-52H Stratofortress bersama pesawat dari Israel, Arab Saudi, dan Qatar di titik yang berbeda untuk "mencegah agresi dan meyakinkan mitra dan sekutu tentang komitmen militer AS terhadap keamanan di wilayah tersebut".
Sebelumnya sebuah roket mengenai pangkalan militer AS di Erbil, wilayah Kurdistan Irak. Dalam serangan itu kelompok "Awliya Ad-Dam" mengklaim bertanggung jawab. AS meyakini kelompok ini merupakan kelompok sokongan Iran seperti kelompok lainnya yang bernama "Kateeb Hezbollah."
Hubungan antara Washington dan Teheran memburuk beberapa kali di bawah pemerintahan Trump.
Tahun lalu, AS melakukan serangan udara yang menewaskan Qasem Soleimani, komandan militer tertinggi Iran. Iran membalas dengan meluncurkan setidaknya selusin rudal dari wilayahnya pada 7 Januari di dua pangkalan militer di Irak yang menampung pasukan AS dan pasukan koalisi.
Sehari kemudian dari Gedung Putih, Trump mengatakan bahwa Iran tampaknya "mundur" dan memperingatkan Teheran untuk meninggalkan ambisi nuklirnya.
Setelah serangan mematikan AS, Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengatakan pemerintahan Trump telah melakukan "tindakan teror."
Kematian Soleimani membuat rezim semakin mengurangi kepatuhan terhadap pakta nuklir internasional. Pada Januari 2020, Iran mengatakan tidak akan lagi membatasi kapasitas pengayaan uranium atau penelitian nuklirnya.
Saat ini sebenarnya pemerintahan Biden telah memberikan sinyal-sinyal mengenai pemulihan hubungan itu, namun dengan syarat Iran harus menghentikan program nuklirnya. Negeri para Mullah itu menolak, dan perundingan saat ini beku.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alert! 7 Roket Terbang Gempur Pangkalan Militer AS
