2 Juta Anak RI Akan Jatuh Miskin Jika Bansos Disetop

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
04 March 2021 20:36
Sayup suara ombak menyusup hingga ke ruang-ruang sempit Kapal yang tengah bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara, Rabu (29/7/2020) petang itu. Sejumlah anak dengan berani tengah asik melompat bergantian dari atas kapal, sambil berteriak.
Sunda Kelapa adalah nama pelabuhan yang berada di ujung utara Jakarta. Pelabuhan ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Pada zaman kerajaan, Sunda Kelapa adalah pusat perdagangan. Kini, meski telah dimakan usia, pelabuhan ini masih tetap ramai.
Banyak orang mengais rezeki di Pelabuhan Sunda Kelapa. Ada pedagang, nelayan, Anak Buah Kapal (ABK), pemberi jasa sampan, hingga buruh angkut. Semua tumpah ruah menjadi satu. Namun bagi anak-anak sunda kelapa adalah tempat paling asik untuk bermain.

Pelabuhan Sunda Kelapa lambat laun tidak terlihat sesibuk saat masa jayanya. Kini, pelabuhan tersebut dikelola oleh PT Pelindo II dan tidak mengantongi sertifikasi International Ship and Port Security karena sifat pelayanan jasanya hanya untuk melayani kapal antar pulau di dalam negeri.

Dari sisi ekonomi pelabuhan ini masih cukup strategis, mengingat berdekatan dengan pusat-pusat perdagangan di Jakarta seperti Glodok, Pasar Pagi, Mangga Dua, dan lain-lainnya. Menjadi buruh kuli angkut mungkin bukan hal yang dicita-citakn oleh banyak orang. Namun ketika tidak ada lagi keahlian yang bisa ditawarkan selain tenaga kasar maka menjadi buruh kasar sebagai kuli angkut pun harus dijalani.

Setidaknya ini yang tertangkap saat melihat potret para kuli angkut di Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta Utara. Dalam sehari para pekerja kuli angkut ini mampu membongkar muatan dengan berat total 300ton. Beban sebesar ini dikerjakan oleh 20an orang pekerja.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Aktivitas Pelabuhan Sunda Kelapa (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak di bidang kesejahteraan anak-anak atau United Nations Children's Fund (UNICEF) memperkirakan dampak pandemi Covid-19 akan terus berlanjut hingga sepanjang tahun ini.

Diperkirakan, ada 2 juta anak di Indonesia yang jatuh ke jurang kemiskinan apabila pemerintah memberhentikan program bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat.

Hal tersebut diungkapkan Deputi Direktur The SMERU Research Institute Athia Yumna dalam sebuah webinar, Kamis (4/3/2021).

"UNICEF sudah memperkirakan lebih dari 2 juta anak di Indonesia akan jatuh ke kemiskinan jika bantuan sosial terhadap rumah tangga dihentikan pada 2021," tuturnya.

Dalam laporan bertajuk 'Analisis Dampak Sosial dan Ekonomi Pandemi terhadap Rumah Tangga di Indonesia' juga menunjukkan bahwa jumlah pekerja anak meningkat selama pandemi Covid-19.

"Kami menemukan ada peningkatan anak yang bekerja, 7% rumah tangga memiliki anak yang bekerja, 2,5% bekerja di saat pandemi," tuturnya.

Sayangnya, dalam survei ini tidak disebut berapa rata-rata usia anak yang bekerja di masa pandemi. Selain itu, pandemi Covid-19 telah membuat anak-anak kehilangan kemampuan belajarnya di rumah sebagai akibat dari ditutupnya kegiatan tatap muka di sekolah.

Akses terhadap koneksi internet yang baik merupakan tantangan utama bagi anak untuk belajar dari rumah, di mana 57,3% rumah tangga dengan anak melaporkan hal ini sebagai keprihatinan utama mereka.

Rumah tangga yang berlokasi di wilayah perdesaan dan kurang berkecukupan lebih sering mengalami permasalahan internet dan keterbatasan perangkat dibandingkan mereka yang tinggal di perkotaan dan lebih berkecukupan.

Sementara dari segi kesehatan, laporan menyebutkan 13% rumah tangga dengan balita tidak dapat mengakses layanan imunisasi selama pandemi.

"Lebih dari 1 dari 10 rumah tangga dengan anak usia di bawah 5 tahun juga belum membawa anak mereka ke klinik imunisasi sejak April 2020 karena adanya ketakutan terhadap virus Covid-19," tuturnya.

Penutupan sekolah, isolasi sosial, bersamaan dengan ketidakpastian ekonomi juga menghadapkan anak dengan risiko-risiko lainnya.

"Survei ini menemukan bahwa 45% rumah tangga melaporkan adanya tantangan perilaku dari anak mereka," ujarnya.

"Dari mereka yang melaporkan hal tersebut, 20,5% diantaranya mengatakan anak mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dalam belajar, 12,9% menjadi lebih mudah marah, dan 6,5% mengalami kesulitan tidur," kata Athia melanjutkan.

Untuk diketahui, survei in dilakukan oleh UNICEF, UNDP, Prospera, dan The SMERU Research Institute. Survei berskala nasional ini dilakukan pada Oktober-November 2020.

Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka kepada 12.216 sampel rumah tangga representatif tingkat nasional yang tersebar di 34 provinsi.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sedih! Jumlah Pekerja Anak di Dunia Naik Jadi 160 Juta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular