'Ramalan Cuaca' Ekonomi RI Versi IMF: Cerah Banget!

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
03 March 2021 09:45
FILE PHOTO: The International Monetary Fund (IMF) headquarters building is seen ahead of the IMF/World Bank spring meetings in Washington, U.S., April 8, 2019. REUTERS/Yuri Gripas/File Photo
Foto: Kantor pusat Dana Moneter Internasional (IMF) (REUTERS/Yuri Gripas)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan ramalan baru soal ekonomi RI. Perekonomian disebut berangsur-angsur pulih, meskipun pada tahun 2020 telah mengalami kontraksi karena pandemi Covid-19.

Dalam rilis mengenai konsultasi dengan Indonesia, IMF mengatakan bahwa PDB riil diproyeksikan meningkat sebesar 4,8% pada tahun 2021 dan 6% pada tahun 2022. Selain itu, inflasi juga diramalkan akan lebih tinggi 3% dibandingkan tahun 2020 lalu.

Peningkatan ini termasuk sebagai peningkatan yang baik. Pasalnya di tahun 2020, ekonomi Indonesia diprediksi terkontraksi hingga 1,9%.

IMF menilai ada beberapa langkah penting yang dilakukan Indonesia untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi pasca-pandemi. IMF menilai bahwa kebijakan yang kuat serta distribusi vaksin yang cukup cepat dilakukan akan menjadi motor utama percepatan pembangunan ekonomi.

"Dipimpin oleh langkah-langkah dukungan kebijakan yang kuat, termasuk peningkatan investasi publik dan rencana distribusi vaksin COVID-19, serta kondisi ekonomi dan keuangan global yang membaik," tegas IMF, dikutip Rabu (3/3/2021).

Beberapa dukungan kebijakan yang dimaksud IMF adalah seperti UU Cipta Kerja, pembangunan Infrastruktur di daerah-daerah di seluruh negeri, dan kebijakan moneter lainnya. Hal ini dirasa sangat baik untuk mendorong ekonomi ke zona yang lebih hijau.

"Para direktur menyambut baik dorongan otoritas untuk reformasi struktural dengan RUU omnibus tentang penciptaan lapangan kerja, serta rencana mereka untuk menutup kesenjangan infrastruktur," tambah IMF.

"Para direktur juga setuju bahwa mempertahankan sikap kebijakan moneter yang akomodatif, bergantung pada prospek inflasi, adalah tepat."

Sementara itu mengenai neraca perdagangan Indonesia, IMF sendiri mencatat bahwa defisit neraca perdagangan akan melebar 1,5% dikarenakan konsumsi masyarakat yang kuat pasca pandemi.

Namun meski begitu, ada catatan penting IMF terhadap Indonesia. Catatan itu adalah mengenai program vaksinasi, dimana rencana dan roadmap yang telah dibuat pemerintah dalam program ini tidak boleh meleset.

Pasalnya, penundaan yang mungkin terjadi bisa menyebabkan pandemi yang lebih berlarut-larut. Dampak keuangan makro dari pandemi dan kemerosotan ekonomi bisa lebih besar dari yang diperkirakan dan kondisi kredit bisa lambat untuk diperbaiki.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Alamak! Bank Dunia Prediksi Kurang Enak Soal Ekonomi RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular