
Help! Bisnis Hotel dan Restoran Sudah di Ujung Tanduk

Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah masuk tahun 2021, kondisi pariwisata di Tanah Air makin memprihatinkan. Penerapan PPKM di Jawa dan Bali serta penutupan akses untuk Warga Negara Asing (WNA) sejak Januari 2021 membuat kunjungan turis dan bisnis hotel makin berdarah-darah.
Per 1 Januari 2021, pemerintah lewat Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengumumkan bahwa Indonesia resmi menutup pintu masuk untuk WNA. Kala itu isu yang santer terdengar adalah varian baru Covid-19 yang diklaim 70% lebih menular telah meluas ke berbagai negara.
Transmisi yang begitu cepat di Inggris dan kemudian menjangkiti negara-negara Eropa lainnya membuat Indonesia 'keder'. Di dalam negeri kasus Covid-19 pun masih belum terkendali justru meningkat dengan pesat.
Manuver pemerintah tak hanya itu, amunisi lain juga dikeluarkan. Pembatasan Sosial Berskala Besar atau yang dikenal dengan PSBB diubah menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Alhasil kunjungan turis asing drop lagi signifikan. Per Januari 2021, jumlah turis asing yang datang ke Indonesia hanya 141 ribu orang saja. Padah di periode yang sama tahun sebelumnya kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 814 ribu. Artinya kunjungan anjlok 89% (yoy).
Lagipula turis asing yang berkunjung ke Tanah Air adalah mereka yang berasal negara-negara yang berbatasan darat dengan RI seperti Malaysia, Timor Leste dan Papua Nugini yang menyumbang hampir 90% dari total kunjungan turis asing.
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang pun yang sempat bergeliat di kuartal terakhir 2020 kembali anjlok di awal tahun 2021. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan TPK hotel berbintang di bulan Januari hanya sebesar 30,25%.
Selagi Covid-19 belum dapat dikendalikan, maka jangan berharap kunjungan wisatawan asing akan kembali pulih. Basis turis domestik sebenarnya besar. Namun sama saja ketika mobilitas masih terkendala.
Apabila melihat lewat indikator mobilitas masyarakat di tempat rekreasi dan perbelanjaan juga masih tertekan 25% dari kondisi normal. Adanya PPKM mikro yang terus berlanjut juga menjadi salah satu penyebab masih banyak masyarakat yang enggan keluar rumah.