Ini Untung Rugi Naiknya Harga Minyak & Logam Dasar Bagi RI

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 February 2021 19:07
Tambang Emas Bawah Tanah Terbesar Dunia Milik Freeport
Foto: Tambang Emas Bawah Tanah Terbesar Milik Freeport (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Namun bengkanya CAD untuk 2021 diperkirakan tak akan separah tahun 2019 yang mencapai lebih dari 2% PDB. Bank Dunia dalam laporan risetnya Januari lalu meramal CAD Indonesia tahun ini naik 1 poin persentase menjadi 1,4% PDB.

Salah satu faktor yang menahan gempuran melarnya CAD adalah ekspor komoditas Indonesia. Tahun 2021 merupakan tahun Kerbau Logam dalam kalender Tionghoa.

Di tahun ini harga-harga komoditas pertambangan seperti logam dasar dan batu bara diramal akan memasuki periode super siklus (commodity supercycle). Salah satu cirinya adalah kenaikan harga komoditas itu sendiri. 

Apabila dilihat secara seksama, memang banyak komoditas yang melesat di tahun 2021. Selain minyak mentah, ada tiga komoditas unggulan minerba yang harganya melesat paling tinggi dalam satu tahun terakhir. Hal ini tercermin dari harga mineral acuan yang dipatok oleh Kementerian ESDM. 

Batu bara, nikel dan tembaga menjadi pemimpin kenaikan harga komoditas tambang dalam satu tahun ini. Masing-masing naik lebih dari 20%. Prospek harga nikel ditopang oleh moratorium ekspor bijih nikel RI yang mulai dilakukan awal 2020 dan semakin maraknya industri mobil listrik. 

Untuk batu bara, hubungan Australia dengan China yang retak semasa pandemi juga menguntungkan bagi Indonesia. Negeri Panda lebih memilih mengimpor batu bara dari Indonesia. 

Harga nikel global yang sudah tembus US$ 18.000/ton tentu menguntungkan Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia yang berkontribusi terhadap 27% dari total output nikel global.

Tren mobil listrik selain membuat harga nikel melesat juga mengerek naik harga tembaga. Keduanya adalah jenis logam dasar yang memiliki banyak manfaat di sektor manufaktur maupun infrastruktur. 

Dengan kenaikan harga komoditas logam dasar serta batu bara yang dibarengi dengan ekspansi ekonomi China, sebagai destinasi utama ekspor komoditas RI, ini menjadi katalis positif sehingga diharapkan neraca berjalan walau melar tetap lebih rendah dari 2% PDB. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular