Laba Rp 14 T di 2020, Begini Kinerja Hulu Migas Pertamina

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
24 February 2021 12:20
PHE WMO operasikan kembali anjungan PHE 12. (Dok. Pertamina Hulu Energi)
Foto: PHE WMO operasikan kembali anjungan PHE 12. (Dok. Pertamina Hulu Energi)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) turut menghadapi tantangan berat akibat pandemi Covid-19, mulai dari pelemahan permintaan minyak dan gas bumi, penurunan harga minyak mentah dunia, hingga fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Ketiga faktor ini pun disebut sebagai triple shocks.

Berdasarkan data Pertamina, produksi minyak dan gas bumi (migas) perseroan pada 2020 mencapai 863 ribu barel setara minyak per hari (boepd), turun 4,2% dibandingkan 2019 yang sebesar 901 ribu boepd. Sementara produksi terangkut (lifting) migas pada 2020 mencapai 704 ribu boepd, turun 4% dibandingkan 2019 yang sebesar 734 ribu boepd.

Adapun tambahan cadangan migas pada 2020 hanya sebesar 213 juta barel setara minyak (MMBOE), lebih rendah dari tambahan cadangan pada 2019 yang sebesar 309 MMBOE.

Di tengah tantangan tersebut, Subholding Upstream Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi, tetap berusaha menjaga kinerja operasional hulu migas pada 2020. Pertamina telah menjalankan proyek eksplorasi yang terdiri dari 31.852 km Seismic 2D, 755 km2 Seismik 3D dan sembilan pengeboran sumur eksplorasi. Selain itu, dilakukan pula 233 sumur pengembangan.

Hal tersebut disampaikan Whisnu Bahriansyah, Corporate Secretary PT Pertamina Hulu Energi.

Dia mengakui, tantangan menjalankan operasi di masa pandemi Covid-19 cukup tinggi. Selain harus memastikan sisi operasional berjalan lancar, juga harus memastikan Protokol Covid-19 dijalankan secara konsisten untuk keselamatan pekerja.

Subholding Upstream Pertamina menjalankan beberapa proyek pengembangan. Beberapa di antaranya masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional, seperti Proyek Jambaran Tiung Biru yang dioperasikan Pertamina EP Cepu (PEPC) di Jawa Timur.

"Total ada enam sumur pengembangan, empat di Jambaran East dan dua di Jambaran Central, semuanya telah rampung dilakukan tahapan well testing (pengujian sumur)," kata Whisnu, seperti dikutip dari keterangan resmi perusahaan, Rabu (24/02/2021).

Dia mengatakan, proyek Jambaran-Tiung Biru berhasil menerapkan inovasi perforasi secara rigless (tanpa rig) dengan Smart Coiled Tubing Unit pada 22 September 2020. Ini pertama kali di dunia dilakukan Active Distributed Temperature Sensing (DTS) untuk mengetahui zonal contribution di interval produksi 800 kaki (ft) dengan kandungan CO2 dan H2S tinggi disertai laju produksi yang tinggi.

"Ini pertama kali di Indonesia, one-trip long perforation dengan interval 800ft menggunakan teknologi ACTive CIRP. Uji produksi berhasil secara aman dengan laju produksi melebihi 60 MMSCFD dengan kandungan H2S hingga 8.000 ppm dan CO2 mencapai 25%," ujar Whisnu.

Sedangkan proyek pengembangan lapangan KLD di Lepas Pantai Utara Jawa Barat yang dijalankan PHE ONWJ telah beroperasi pada awal 2021 dengan pencapaian sekitar 1,16 juta jam kerja aman dan sudah mulai diproduksikan sekitar 15 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

PHE WMO berhasil melakukan reaktifasi anjungan PHE 12 yang berada 50 km dari bibir pantai Kabupaten Bangkalan, Madura. Anjungan PHE-12 yang terdiri dari 2 sumur yaitu PHE-12 A1 dan PHE-12 A3, berhasil mulai dioperasikan (start up) pada bulan November 2020. Proyek diharapkan dapat menambah produksi migas sebesar 1.000 barel per hari bagi PHE WMO.

Pelaksanaan proyek strategis nasional dilakukan oleh Subholding Upstream Pertamina secara OTOBOSOR (on time, on budget, on schedule, on return) dalam rangka memberikan kontribusi bagi ketahanan energi nasional.

"Apresiasi dan ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua stakeholders atas dukungan kepada Subholding Upstream Pertamina, sehingga proyek dan program yang dijalankan dapat berjalan lancar dengan tetap mengutamakan keselamatan melalui penerapan protokol Covid-19," tutupnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina berhasil mencatatkan laba di atas US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun pada 2020 meski menghadapi triple shocks karena adanya pandemi Covid-19.

"Dan yang tidak kalah pentingnya adalah walaupun terkena triple shocks karena Covid-19 di tahun 2020, Pertamina berhasil membukukan keuntungan di atas US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun, di saat perusahaan-perusahaan migas dunia mengalami kerugian besar," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (04/02/2021).


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jadi Andalan RI, Ini Strategi Pertamina Picu Produksi Migas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular