
Ditembak di Kepala, Pengunjuk Rasa Myanmar Meninggal Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengunjuk rasa anti-kudeta Myanmar yang ditembak di kepala oleh pasukan keamanan minggu lalu dinyatakan meninggal dunia. Hal ini dibenarkan oleh pihak rumah sakit dan salah satu anggota keluarganya.
Mya Thwate Thwate Khaing (20) meninggal setelah sekitar 11 hari dirawat di rumah sakit. Pada Jumat (19/2/2021), dokter yang merawatnya mengkonfirmasi kematiannya pada pukul 11 pagi, dan mengatakan bahwa tubuhnya akan diperiksa oleh dewan pada pukul 3 sore karena kematiannya termasuk kasus ketidakadilan.
"Kami akan simpan catatan (penyebab kematiannya) dan kirim salinannya ke otoritas masing-masing. Kami akan mencari keadilan dan maju," kata dokter itu, dikutip dari AFP.
Dia menambahkan bahwa staf rumah sakit telah menghadapi tekanan besar sejak Mya Thwate Thwate Khaing berada di unit perawatan intensif mereka.
"Beberapa sudah meninggalkan rumah sakit karena tekanan," katanya.
Sementaranya adik Mya Thwate Thwate Khaing, Ye Htut Aung, tidak bisa berkomentar banyak mengenai kematian kakaknya.
"Saya merasa sangat sedih dan tidak punya apa-apa untuk dikatakan," kata Ye Htut Aung, berbicara melalui telepon, dikutip dari Channel News Asia (CNA).
Sesaat sebelum kematiannya, juru bicara militer yang menjadi wakil menteri informasi Zaw Min Tun mengkonfirmasi bahwa benar Mya Thwate Thwate Khaing telah ditembak, dan mengatakan pihak berwenang akan terus menyelidiki kasus tersebut.
Mya Thwate Thwate Khaing, yang bekerja sebagai pekerja toko bahan makanan, termasuk di antara ratusan ribu orang di seluruh negeri yang turun ke jalan karena marah atas penggulingan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dalam kudeta militer pada Selasa (9/2/2021) lalu.
Namun nahas, demonstrasi di ibu kota Myanmar, Naypyidaw berubah menjadi kekerasan ketika pasukan keamanan menembakkan peluru karet ke pengunjuk rasa. Tetapi peluru yang bersarang di kepala Mya Thwate Thwate Khaing merupakan peluru tajam.
Sejak tertembak, Mya Thwate Thwate Khaing telah menjadi simbol perlawanan bagi pengunjuk rasa, yang telah menggunakan spanduk besar yang menggambarkan kemiripannya selama demonstrasi yang menuntut keadilan.
Mya Thwate Thwate Khaing menjadi satu-satunya pengunjuk rasa yang terbunuh sejak dimulainya kudeta. Namanya kini menjadi simbol di seluruh Myanmar dan penderitaannya mendapatkan perhatian internasional.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Myanmar Sadis, 6 Tewas Ditembak Junta Militer
