
Negara Tajir Minyak Bakal Pusing Tujuh Keliling, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara pengekspor bahan bakar fosil, seperti minyak, gas, dan batu bara akan menghadapi penurunan ekonomi seperti penurunan Produk Domestik Bruto (PDB/ GDP), pendapatan pemerintah, dan devisa hasil ekspor akibat adanya transisi energi menuju energi rendah karbon dalam beberapa dekade mendatang.
Oleh karena itu, negara-negara penghasil dan pengekspor energi fosil tersebut dinilai harus segera memanfaatkan sumber daya fosilnya sebelum menjadi aset terdampar.
Berdasarkan laporan terbaru Fitch Ratings, Senin (15/02/2021), bagi negara yang paling terpapar dan mereka yang tidak cukup mempersiapkan perubahan atau transisi ini, risiko aset terdampar akibat perubahan iklim ini kemungkinan akan mengarah pada penurunan peringkat karena efeknya menjadi lebih jelas, lebih dekat dan lebih material.
Tingkat dan kecepatan penurunan permintaan bahan bakar fosil dinilai menjadi tidak pasti. Potensi pasokan global yang berlebih akan membebani harga, berpotensi menambah kerugian akibat volume yang lebih rendah.
Industri batu bara, menurut laporan Fitch Ratings, akan menghadapi kehilangan pasar yang lebih cepat dan lebih penuh daripada minyak dan khususnya gas. Produsen berbiaya tinggi akan tersingkir terlebih dulu. Sementara negara dengan neraca yang kuat dan memiliki potensi untuk mendiversifikasi ekonomi mereka berada pada posisi lebih baik.
Ketidakstabilan politik dan kenaikan biaya pendanaan juga dinilai dapat memperburuk tantangan tersebut.
Dalam skenario yang masuk akal, transisi tersebut akan menjadi guncangan serupa terhadap pendapatan minyak seperti yang terjadi pada 2013-2016 dan pada 2018-2020. Selama periode ini, dua eksportir minyak gagal bayar dan tiga lainnya diturunkan peringkatnya, setidaknya empat tingkat.
Simulasi pada Sovereign Rating Model (SRM) Fitch menunjukkan bahwa hal itu dapat menyebabkan penurunan output SRM sekitar satu tingkat peringkat pada 2040 dan dua hingga tiga tingkat pada 2050 untuk eksportir minyak utama.
"Peringkat biasanya lebih menekankan pada perkembangan saat ini dan kami akan lebih berhati-hati dalam mengambil tindakan pemeringkatan ke depan," tulis Fitch Ratings.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Berisiko Tinggi Alami Tumpahan Minyak dari Kegiatan Migas
